PROPOSAL
PERBANDINGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)
Di
Ajukan Sebagai Tugas Semester Ganjil
Tahun
akademik 2010/2011
Mata Kuliah : Studi
Kependudukan
Dosen : H. Mukarto S., Drs., Msi
Disusun
Oleh:
SAMSUL
ARIFIN (108090034)
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2012
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr.Wb.
Puji serta syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
kami dapat menyusun tugas Studi Kependudukan dan tak lupa kami mengucapkan banyak terimakasih kepada
Bpk H. Mukarto S,. Drs,. Msi atas bimbingannya kami bisa menyelesaikan tugas ini.
Perlu
diketahui bahwa Manajemen Keuangan merupakan
ilmu yang digunakan bukan hanya untuk diketahui atau dimengerti oleh para
mahasiswa , tetapi juga harus dapat pula diaplikasikan dan diamalkan didalam
kehidupan sehari-hari.
Kami
sadari masih banyak kekurangan yang tampak, sehingga kami tetap mengharapkan
saran serta kritik yang membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Mudah-mudahan
dapat berguna bagi para pembaca, khususnya bagi mahasiswa. Semoga Allah SWT senantiasa
memberikan taifik dan hidayah-Nya pada kita semua. Amin...
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Cirebon, Januari 2012
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
………………………..………………………… i
DAFTAR ISI
…………………………………………………………… ii
PENDAHULUAN …………………………………....................................... 1
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................ 1
1.2
Tujuan......................................................................................... 2
BAB II INDEKS PEMBANGUNAN
MANUSIA................................................... 2
2.1
Pengertian.............................................................................. 2
2.2
Sejarah...................................................................................... 2
2.3
Metodologi............................................................................... 3
BAB III Perbandingan INDEKS PEMBANGNAN
MANUSAN DI INDONESIA.. 4
3.1 Indeks Pembangunan Manusia Indonesia di Dunia dan di
Asia Tenggara.................................................................................... 4
3.2
Daftar Provinsi Jawa Barat Menurut Indeks Pembangunan
Manusia .. 5
3.3 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Majalengka
serta
Perbandingannya dalam Wilayah Ciayumajakuning .............. 6
BAB
IV KESIMPULAN DAN SARAN ………………….......................... 8
4.1 Kesimpulan
.................................................................................. 8
4.2 Saran-saran
................................................................................... 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini pembangunan
bukan hanya ditujukan dalam wujud pembangunan fisik berupa sarana dan prasarana
infrastruktur, tetapi dalam cakupan yang lebih luas seperti yang pertama kali
dikemukakan oleh Cicero yaitu mewujudkan masyarakat madani (civil society). Karakteristik
masyarakat madani adalah masyarakat yang sehat, demokratis, toleran, menjunjung
tinggi supremasi hukum dan mempunyai wawasan serta pengetahuan yang luas.
Paradigma pembangunan
telah mengalami perubahan karena tidak lagi menempatkan manusia sebagai objek
atau sasaran pembangunan, tetapi dilibatkan dalam proses pembangunan sebagai
subjek yang ikut mengambil keputusan yang dalam terminologi pembangunan hal
tersebut dikenal sebagai people centered development. Perubahan ini sangat
penting untuk meningkatkan manusia secara kualitas, sehingga menjadi modal yang
sangat berharga untuk pembangunan secara keseluruhan. Peningkatan kualitas
manusia telah ditunjukkan dengan corak pembangunan saat ini, yaitu tidak hanya
mementingkan pertumbuhan ekonomi melainkan juga mengarah pada peningkatan
kualitas. Komitmen pemerintah untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia
telah diwujudkan sebagai salah satu kebijaksanaan strategis. Berbagai program
dan kegiatan untuk mengakselerasi pembangunan kualitas manusia menjadi
prioritas dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) maupun Rencana Kerja Pembangunan
Daerah (RKPD).
Pembangunan manusia
adalah upaya yang dilakukan untuk memperluas peluang penduduk mencapai hidup
layak, yang secara umum dapat dilakukan melalui peningkatan kapasitas dasar dan
daya beli. Peningkatan kapasitas dasar pada dasarnya merupakan upaya
meningkatkan produktivitas penduduk melalui peningkatan pengetahuan dan derajat
kesehatan. Sedangkan peningkatan daya beli ditempuh melaui pertumbuhan ekonomi,
sehingga tercipta perluasan lapangan kerja. Dalam RKP, hal tersebut diwujudkan
dalam triple
` Dalam kajian
pembangunan manusia diperlukan suatu alat ukur yang mempunyai perbandingan
antarwilayah dan antarwaktu. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sampai sejauh ini
adalah metode yang paling memadai untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia
di suatu daerah dengan memperhatikan pada tiga faktor yang paling essensial
dalam kehidupan manusia yaitu kelangsungan hidup, pengetahuan, dan daya beli.
1.2. Tujuan
Secara garis besar,
penyusunan publikasi ini memiliki tujuan untuk menggambarkan Indeks Pembangunan
Manusia Negara Republik Indonesia, Propinsi Jawa Barat dan Kabupaten Majalengka
dengan daerah lainya.
BAB II
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
2.1 Pengertian
Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan
dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua
negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah
negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga
untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.
2.2 Sejarah
Indeks ini pada 1990
dikembangkan oleh pemenang nobel India Amartya Sen dan seorang ekonom Pakistan
Mahbub ul Haq, serta dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan Lord
Meghnad Desai dari London School of Economics. Sejak itu indeks ini dipakai
oleh Program pembangunan PBB pada laporan IPM tahunannya.
Amartya Sen
menggambarkan indeks ini sebagai "pengukuran vulgar" oleh karena
batasannya. Indeks ini lebih berfokus pada hal-hal yang lebih sensitif dan
berguna daripada hanya sekedar pendapatan perkapita yang selama ini digunakan.
Indeks ini juga berguna sebagai jembatan bagi peneliti yang serius untuk
mengetahui hal-hal yang lebih terinci dalam membuat laporan pembangunan
manusianya.
IPM mengukur pencapaian
rata-rata sebuah negara dalam 3 dimensi dasar pembangunan manusia:
• hidup yang sehat dan
panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat kelahiran
• Pengetahuan yang diukur
dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa (bobotnya dua per tiga) dan
kombinasi pendidikan dasar , menengah , atas gross enrollment ratio (bobot satu
per tiga).
• standard kehidupan yang
layak diukur dengan logaritma natural dari produk domestik bruto per kapita
dalam paritasi daya beli.
Setiap tahun Daftar
negara menurut IPM diumumkan berdasarkan penilaian diatas. Pengukuran
alternatif lain adalah Indeks Kemiskinan Manusia yang lebih berfokus kepada
kemiskinan.
2.3 Metodologi
Pada umumnya untuk mengubah sebuah variabel
awal, sebagai contoh x, kepada sebuah index bebas antara 0 dan 1 (yang
memperbolehkan indeks yang berbeda untuk ditambahkan sebagai satu kesatuan), formula
yang digunakan adalah sebagai berikut:
- x-index =
IPM menggambarkan
tiga indikator umum berikut:
- Indeks Harapan Hidup =
- Indeks Pendidikan =
- Angka melek huruf dewasa (ALI) =
- Gross Enrollment Ratio (GER) =
- Indeks PDB =
LE: Angka harapan
hidup
ALR: Angka melek
huruf
CGER: Combined
gross enrollment ratio
BAB
III
PERBANDINGAN
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIAN DI INDONESIA
3.1 Indeks
Pembangunan Manusia Indonesia di Dunia dan di Asia Tenggara
Angka
IPM Indonesia dari tahun ke tahun
- Tahun 1980 = 0,522
- Tahun 1985 = 0,562
- Tahun 1990 = 0,624
- Tahun 1995 = 0,658
- Tahun 2000 = 0,673
- Tahun 2003 = 0,709
- Tahun 2004 = 0,714
- Tahun 2005 = 0,723
- Tahun 2006 = 0,729
- Tahun 2007 = 0,734
- Tahun 2008 = perhitungan baru diberlakukan
- Tahun 2009 = 0,593
- Tahun 2010 = 0,600
- Tahun 2011 = 0,617
Catatan: Pada tanggal 18 Desember 2008 diluncurkan sistem penghitungan baru tehadap IPM dengan memasukan GDP PPP yang baru. Hal ini berakibat pada berubahnya angka IPM setiap negara dan rangkingnya terhadap dunia.
Badan
Perserikatan Bangsa-bangsa untuk Pembangunan (UNDP) menempatkan Indonesia ke
posisi 111 dari 182 negara dalam pemeringkatan Indeks Pembangunan Manusia (HDI)
tahun ini. Indonesia mencatat HDI 0,734 sehingga dikelompokkan sebagai negara
berkembang.
Diantara
negara-negara Asia Tenggara, kualitas hidup di Indonesia masih kalah ketimbang
Singapura yang berada di rangking 23 (HDI 0,944), Brunei (peringkat 30/HDI
0,920), Malaysia (peringkat 66/ HDI 0,829), Thailand (rangking 86/HDI 0,783)
dan Filipina (urutan 105/HDI 0,751). Namun, HDI Indonesia masih lebih baik dari
Vietnam (116) dan Laos (133).
3.2 Daftar Provinsi Jawa Barat Menurut Indeks
Pembangunan Manusia
Berikut adalah daftar
provinsi Indonesia menurut Indeks
Pembangunan Manusianya
dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2008. Data-data berikut berasal dari
publikasi Badan Pusat Statistik Indonesia. [1] Pada
tahun 2008, nilai IPM keseluruhan Indonesia adalah 71,17 dengan nilai IPM
tertinggi berada di provinsi DKI Jakarta
sebesar 77,03 dan terendah berada di provinsi Papua sebesar 64,00.
Tabel Daftar Provinsi Jawa Barat Menurut Indeks Pembangunan
Manusia
Provinsi
|
1996
|
1999
|
2002
|
2004
|
2005
|
2006
|
2007
|
2008
|
Indonesia
|
67,7
|
64,3
|
65,8
|
68,7
|
69,57
|
70,10
|
70,59
|
71,17
|
69,4
|
65,3
|
66,0
|
68,7
|
69,05
|
69,41
|
70,35
|
70,76
|
|
70,5
|
66,6
|
68,8
|
71,4
|
72,03
|
72,46
|
72,78
|
73,29
|
|
69,2
|
65,8
|
67,5
|
70,5
|
71,19
|
71,65
|
72,23
|
72,96
|
|
67,6
|
67,3
|
69,1
|
72,2
|
73,63
|
73,81
|
74,63
|
75,09
|
|
69,3
|
65,4
|
67,1
|
70,1
|
70,95
|
71,29
|
71,46
|
71,99
|
|
68,0
|
63,9
|
66,0
|
69,6
|
70,23
|
71,09
|
71,40
|
72,05
|
|
68,4
|
64,8
|
66,2
|
69,9
|
71,09
|
71,28
|
71,57
|
72,14
|
|
67,6
|
63,0
|
65,8
|
68,4
|
68,85
|
69,38
|
69,78
|
70,30
|
|
-
|
-
|
65,4
|
69,6
|
70,68
|
71,18
|
71,62
|
72,19
|
|
-
|
-
|
-
|
70,8
|
72,23
|
72,79
|
73,68
|
74,18
|
|
76,1
|
72,5
|
75,6
|
75,8
|
76,07
|
76,33
|
76,59
|
77,03
|
|
68,2
|
64,6
|
65,8
|
69,1
|
69,93
|
70,32
|
70,71
|
71,12
|
|
67,0
|
64,6
|
66,3
|
68,9
|
69,78
|
70,25
|
70,92
|
71,60
|
|
71,8
|
68,7
|
70,8
|
72,9
|
73,50
|
73,70
|
74,15
|
74,88
|
|
65,5
|
61,8
|
64,1
|
66,8
|
68,42
|
69,18
|
69,78
|
70,38
|
|
-
|
-
|
66,6
|
67,9
|
68,80
|
69,11
|
69,29
|
69,70
|
|
70,1
|
65,7
|
67,5
|
69,1
|
69,78
|
70,07
|
70,53
|
70,98
|
|
56,7
|
54,2
|
57,8
|
60,6
|
62,42
|
63,04
|
63,71
|
64,12
|
|
60,9
|
60,4
|
60,3
|
62,7
|
63,59
|
64,83
|
65,36
|
66,15
|
|
63,6
|
60,6
|
62,9
|
65,4
|
66,20
|
67,08
|
67,53
|
68,17
|
|
71,3
|
66,7
|
69,1
|
71,7
|
73,22
|
73,40
|
73,49
|
73,88
|
|
66,3
|
62,2
|
64,3
|
66,7
|
67,44
|
67,75
|
68,01
|
68,72
|
|
71,4
|
67,8
|
70,0
|
72,2
|
72,94
|
73,26
|
73,77
|
74,52
|
|
71,8
|
67,1
|
71,3
|
73,4
|
74,21
|
74,37
|
74,68
|
75,16
|
|
66,4
|
62,8
|
64,4
|
67,3
|
68,47
|
68,85
|
69,34
|
70,09
|
|
66,0
|
63,6
|
65,3
|
67,8
|
68,06
|
68,81
|
69,62
|
70,22
|
|
66,2
|
62,9
|
64,1
|
66,7
|
67,52
|
67,80
|
68,32
|
69,00
|
|
-
|
-
|
64,1
|
65,4
|
67,46
|
68,01
|
68,83
|
69,29
|
|
-
|
-
|
-
|
64,4
|
65,72
|
67,06
|
67,72
|
68,55
|
|
68,2
|
67,2
|
66,5
|
69,0
|
69,24
|
69,69
|
69,96
|
70,38
|
|
-
|
-
|
65,8
|
66,4
|
66,95
|
67,51
|
67,82
|
68,18
|
|
-
|
-
|
-
|
63,7
|
64,83
|
66,08
|
67,28
|
67,95
|
|
60,2
|
58,8
|
60,1
|
60,9
|
62,08
|
62,75
|
63,41
|
64,00
|
Meski
pencapaian Indeks Pembangunan Manusia Jawa Barat Barat dalam lima tahun
terakhir terus meningkat, pencapaian itu
masih jauh dari target yang dicanangkan. Bahkan, selisih antara target dan
realisasinya cenderung semakin besar. Tahun 2006, IPM provinsi ini mencapai
70,05 atau meningkat 0,75 poin dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kontribusi
peningkatan IPM karena membaiknya indeks pendidikan, yakni tahun 2006 sebesar
80,61 poin atau naik 1,02 dibandingkan dengan tahun 2005 sebesar 79,59.
Selain itu, peningkatan IPM 2006 karena membaiknya
derajat kesehatan yang ditunjukan dengan angka harapan hidup (AHH) masyarakat
provinsi Jabar. Tahun 2006, AHH Jabar menjadi 67,08 tahun atau meningkat 0,51
tahun dibandingkan dengan tahun 2005 sebesar 66,57 tahun. Sementara indeks
dayabeli masyarakat hanya meningkat 0,24 poin, dari 59,18 tahun 2005 menjadi
59,42 poin tahun 2006, dengan kemampuan daya beli perkapita rat-rata Rp
557.110.
Meski realisasi pencapain IPM selalu meningkat,
selisihnya makin besar dari target yang ditetapkan Pemerintah Provinsi Jabar,
yakni mencapai IPM 80 poin pada tahun 2010. Misalnya, tahun 2001, IPM Jabar
mencapai 66,1 poin atau selisih 2,25 poin dari target yang ditetapkan sebesar
68,35. Tahun 2006 pencapaian IPM sebesar 70,05 paahal ditargetkan 75,6 poin.
Artinya, terjadi selisih yang cukup besar antara realisasi dan target, yakni
sebesar 5,55 poin. Bahkan, hampir separuh daerah di Jabar memiliki angka IPM di
bawah IPM provinsi. Misalnya, Kabupaten Cirebon, Indramayu, Subang dan Karawang
memiliki kualitas SDM yang belum memadai. Disana, nilai IPM masih dibawah angka
rata-rata IPM Jabar..
Melihat ketimpangan itu, target IPM 80 poin pada tahun
2010-angka yang dapat menempatkan masyarakat Jabar mampu menganyam pendidikan
memadai, mudah memperoleh pelayanan kesehatan, dan mampu memenuhi kebutuhan
hidupnya tampaknya sulit tercapai.
Kondisi itu menjadi ironi manakala pemprov Jabar ingin
mewujudkan visi termaju di Indonesia dan mitra terdepan Ibu Kota tahun 2010.
Padahal, kontribusi Jabar terhadap aktivitas perekonomian nasioanal saat ini
mencapai 14 persen atau terbesar ketiga setelah DKI Jakarta dan Jawa Timur.
3.3. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Majalengka serta
Perbandingannya dalam Wilayah Ciayumajakuning
Untuk mendapatkan gambaran yang
lebih komprehensif tentang perkembangan IPM Kabupaten Majalengka, maka berikut
ini akan dibandingkan IPM Kabupaten Majalengka dengan angka Provinsi Jawa Barat
serta beberapa kabupaten/kota di sekitarnya yaitu Kabupaten Cirebon, Kota
Cirebon, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Indramayu. Posisi geografis
Kabupaten/Kota tersebut terletak di kawasan Timur Provinsi Jawa Barat, sehingga
pada sistem administrasi pemerintahan kabupaten/kota tersebut disatukan dalam
satu cakupan koordinasi/pembinaan yaitu Kersidenan/Wilayah III Cirebon yang
pada saat ini dikenal dengan istilah Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil)
Cirebon. Secara karakteristik wilayah-wilayah tersebut mempunyai kemiripan
dalam hal karakteristik sosial, ekonomi dan budaya. Secara umum masyarakat di
wilayah tersebut merupakan daerah pertanian padi, palawija maupun hortikultura
kecuali Kabupaten/Kota Cirebon dan Indramayu yang berbatasan dengan laut
sehingga masyarakatnya juga sebagian ada yang berprofesi sebagai nelayan.
Indeks IPM Kabupaten
Majalengka dan Kabupaten/Kota di Wilayah Ciayumajakuning Tahun 2009
NO
|
Kabupaten/Kota
|
Indeks
Pembangunan Manusia (IPM)
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
1
|
Kota Cirebon
|
74,68
|
2
|
Kab. Kuningan
|
70,42
|
3
|
Kab.
Majalengka
|
69,94
|
4
|
Kab Cirebon
|
68,37
|
5
|
Kab. Indramayu
|
67,39
|
Prov. Jawa
Barat
|
71,64
|
Tabel di atas memperlihatkan perbandingan angka IPM dari
kabupaten/kota di wilayah Cirebon. Kabupaten Majalengka dengan dengan IPM 69,94
berada pada posisi ke 3 dari 5 kabupaten/kota tersebut. Posisi tertinggi di
wilayah tersebut adalah Kota Cirebon disusul Kabupaten Kuningan. Sementara
Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Indramayu berada pada posisi dua terakhir.
Membandingkan dengan angka IPM Provinsi Jawa Barat,
Kabupaten Majalengka masih berada di bawah rata rata IPM Jawa Barat dengan
selisih 1,7 poin, dengan Kabupaten Kuningan terdapat selisih 0,48 poin,
sementara dengan Kota Cirebon selisih 4,72 poin. Posisi Kota Cirebon tersebut
sudah cukup jauh berada di atas kabupaten lain, bahkan di atas rata-rata IPM
Jawa Barat. Posisi tertinggi Kota Cirebon, didukung oleh ketiga komponennya
yaitu Indeks Harapan Hidup, Indeks Pendidikan dan Indeks Daya Beli yang jauh
meninggalkan Kabupaten lain.
Karakteristik wilayah perkotaan Kota
Cirebon memungkinkan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi sehingga daya beli
juga meningkat. Kemampuan ekonomi yang tinggi, berpengaruh terhadap tingkat
pendidikan dan kesehatan masyarakat juga relatif semakin Tinggi.Seperti
diketahui bahwa Kota Cirebon merupakan salah satu pusat pertumbuhan ekonomi di
wilayah Timur Jawa Barat. Didukung oleh adanya pelabuhan Cirebon serta
tumbuhnya sektor Industri, Perdagangan dan Jasa. Banyak pusat perbelanjaan,
hotel dan rumah makan dibangun para investor melihat posisi Kota Cirebon
sebagai daerah yang strategis di daerah Pantura. Di bidang pendidikan sarana-sarana
pendidikan di Kota Cirebon dibangun bukan hanya pada level pendidikan dasar,
tetapi pendidikan menengah dan tinggi.Tercatat beberapa perguruan tinggi
semakin banyak didirikan untuk memfasilitasi peningkatan sumber daya manusia di
Kota Cirebon. Mencermati gambaran Indeks Pembangunan Manusia di atas menjadi
tantangan bagi pemerintah Kabupaten Majalengka untuk dapat meningkatkan IPM
secara signifikan hingga dapat mengikuti langkah Kota Cirebon atau setidaknya
dapat melewati angka IPM Provinsi Jawa Barat pada tahun-tahun mendatang.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Pengukuran pencapaian pembangunan
manusia adalah sesuatu yang kompleks, karena sesungguhnya kualitas pembangunan
manusia tidak bisa disederhanakan melalui penghitungan tiga indikator. Untuk
itu kajian dan analisis mengenai IPM harus disikapi secara proporsional. IPM
merupakan pendekatan yang dianggap paling relevan hingga saat ini. Beberapa hal
yang dapat disimpulkan dari uraian mengenai IPM Kabupaten Majalengka adalah :
1) Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Kabupaten Majalengka mengalami kenaikan dari
tahun sebelumnya yaitu dari 69,40 pada tahun 2008 menjadi 69,94 pada tahun 2009. Kenaikkan sebesar 0,54 poin ini
menunjukkan adanya upaya yang serius dari pemerintah
untuk terus memperbaiki kualitas pembangunan manusia di Kabupaten Majalengka.
2) Dilihat dari masing-masing
komponennya kenaikan IPM ini disebabkan oleh pertumbuhan
seluruh komponen IPM yaitu, Indeks Kesehatan sebesar 0,45 poin, indeks pendidikan (angka melek huruf dan
rata-rata lama sekolah) 0,44 poin serta indeks
daya beli (PPP) sebesar 0,73 poin.
3) Dibandingkan dengan IPM di
wilayah Ciayumajakuning, IPM Kabupaten Majalengka
berada pada posisi menengah tetapi masih berada di bawah rata-rata IPM Jawa Barat.
4.2. Saran-saran
Beberapa hal yang disarankan untuk
peningkatan Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Majalengka adalah :
1) Peningkatan Indeks Angka Harapan Hidup
Di
bidang kesehatan, meskipun indikatornya yaitu AHH mengalami sedikit peningkatan,
namun AHH Kabupaten Majalengka ini masih berada di bawah AHH Jawa Barat. Angka
harapan hidup determinan utamanya adalah angka kematian bayi, tetapi secara
luas AHH dipengaruhi oleh faktor pelayanan kesehatan, lingkungan, keturunan, dan
perilaku. Intervensi pelayanan hendaknya diarahkan untuk memperbaiki faktor lingkungan
dan memperbaiki perilaku masyarakat. Oleh karena itu fokus perhatian IPM Kabupaten Majalengka 2009 pada
peningkatan gizi dan kebersihan, proses persalinan pada tenaga medis dan kesadaran
akan pentingnya lingkungan rumah yang bersih perlu terus ditingkatkan.
2) Peningkatan Indeks Pendidikan
Adanya
kenaikkan indeks pendidikan, khususnya angka melek huruf yang cukup signifikan,
diharapkan dapat memacu stakeholder bidang pendidikan untuk memberantas buta
aksara secara lebih intensif. Selain itu, kebijakan Biaya Operasioanal Sekolah
(BOS) harus diperluas untuk tingkat SLTA, sehingga dapat meningkatkan partisipasi
sekolah lulusan SLTP. Pembangunan infrastruktur pendidikan agar lebih ditingkatkan
selain infrastruktur perdesaan agar akses pendidikan, maupun kesehatan bisa
lebih ditingkatkan. Program-program pendidikan luar sekolah (PLS) juga harus dikembangkan
lebih memasyarakat, keberadaan SLTP terbuka, Kejar Paket A,B maupun C agar
lebih diintensifkan.
3) Peningkatan Indeks Daya Beli
Indeks
daya beli mempunyai kontribusi yang paling besar dibandingkan dengan dua indikator
lain dalam peningkatan IPM di Kabupaten Majalengka tahun 2009. Upaya-upaya
pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan daya beli melalui kebijakan-kebijakan
yang prorakyat harus terus dipertahankan dan ditingkatkan. Indikator makro
ekonomi harus distabilisasi agar tidak mengganggu pertumbuhan ekonomi yang
terus meningkat. Pembukaan lapangan kerja baru dengan menciptakan iklim usaha
yang kondusif juga akan mengundang investor untuk menanamkan modalnya di
Kabupaten Majalengka sehingga akan memacu pertumbuhan ekonomi dan dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat.
Komen yoo
BalasHapus