R e s u m e
Buku
M A N A J E M E
N K E U A N G A N P U B L I K
Pengarang : Sujarwo Hamdi,. S.E., M.Si
Diajukan guna
untuk memenuhi syarat Ujian Akhir Semester
Genap Tahun
akademik 2010/2011
Mata Kuliah : Administrasi Keuangan
Dosen : Mohammad Sutarjo, Drs.,M.Si
Oleh :
SAMSUL ARIFIN
NPM :
108090034
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
2011
KATA PENGANTAR
Segala puji
syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa yang telah memberikan
rahamat dan bimbingan-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan tugas resume
manajemen keuangan. Dan tidak lupa kami mengucapkan banyak-banyak
berterimakasih kepada Bapak Mohammad sutarjo, Drs., Msi yang telah memberikan
arahan dan bimbingan sehingga kami mampu menyelesaikan tugas resume ini.
Kami
berharap rangkuman ini bisa bermanfaat bagi semua kalangan khususnya mahasiswa
dalam proses kegiatan belajar mengajar, sehingga mampu menambah pengetahuan dan
meningkatkan kecerdasan.
Karena
itu, demi perbaikan tugas ini, segala saran, kritik dan masukan yang membangun
akan senantiasa kami terima dengan lapang hati. Semoga resume tugas ini ada
guna dan manfaatnya.
Cirebon, juli 2011
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen Keuangan adalah
aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang
semurah-murahnya dan menggunakannya se-efektif, se-efisien, seproduktif mungkin
untuk menghasilkan laba. Aktivitas itu meliputi :
1.
AKTIVITAS PEMBIAYAAN ( Financing Activity )
Aktivitas pembiayaan ialah kegiatan pemilik dan
manajemen perusahaan untuk mencari sumber modal ( sumber eksternal dan internal
) untuk membiayai kegiatan bisnis.
A.Sumber eksternal
1.
Modal Pemilik atau modal
sendiri (Owner Capital atau Owner Equity). Atau modal saham (Capital Stock ) yang terdiri dari :
Saham Istimewa (Preferred Stock) dan
Saham Biasa (Common Stock).
2.
Utang (Debt), Utang Jangka Pendek (Short-term
Debt) dan Utang Jangka Panjang (Long-term
Debt).
3.
Lain-lain, misalnya hibah.
B. Sumber Internal :
1.
Laba Ditahan (Retained Earning)
2.
Penyusutan, amortisasi, dan
Deplesi ( Depreciation, Amortization, dan
Deplention)
3. Lain-lain, misalnya penjualan harta tetap
yang tidak produktif.
2.
Aktiva Investasi (Investment activity)
aktivitas investasi adalah kegiatan penggunaan
dana berdasarkan pemikiran hasil yang sebesar-besarnya dan resiko yang
sekecil-kecilnya. Aktivitas itu meliputi :
1.
Modal Kerja (working Capital) atau harta lancar (Current Assets)
2.
Harta Keuangan (Financial assets) yang terdiri : investasi pada
saham (stock) dan Obligasi (Bond)
3.
Harta Tetap (real Assets) yang terdiri dari : Tanah, gedung,
Peralatan.
4.
Harta Tidak Berwujud (intangible assets) terdiri dari : Hak Paten, Hak Pengelolaan Hutan, Hak
Pengelolaan Tambang, Goodwill.
3.
Aktivitas Bisnis (Business
Activity)
Aktivitas bisnis adalah kegiatan untuk mencari laba melalui
efektivitas penjualan barang atau jasa efisiensi biaya yang akan mengahasilkan laba. Aktivitas
itu dapat dilihat dari laporan Laba-Rugi, yang terdiri dari unsur :
1.
Pendapatan (sales atau Revenue)
2.
Beban ( Expenses)
3.
Laba-Rugi ( Profit-Loss)
4. Tanggung Jawab Manager
Keuangan
Aktivitas perusahaan ditinjau dari sudut manajemen
keuangan menjadi tugas manajer keuangan. Tugasnya
antara lain adalah sebagai berikut :
1. Perolehan dana dengan biaya murah.
2.
Penggunaan dana efektif dan
efisien
3.
analisis laporan keuangan
4. analisis lingkungan Internal dan eksternal
yang berhubungan dengan keputusan rutin dan khusus.
Berdasarkan tugas tersebut, manajemen keuangan memiliki tujuan antara lain
adalah ;
1.
Memaksimalkan nilai perusahaan
2.
Membina relasi dengan pasar
modal dan pasar uang.
5. Sifat
Dasar Perusahaan
Tujuan perusahaan adalah
mencari laba dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam kegiatannya
mencari laba,pemilik memberi wewenang kepada manajemen untuk melaksanakannya.
Dalam usahanya memperoleh laba manajemen harus berprilaku:
1. Memaksimumkan nilai perusahaan, artinya
manajemen harus mengahasilkan laba lebih besar dari biaya modal yang
digunakannya.
2. Tanggung jawab sosial,
artinya dalam mencari laba, manajemen tidak boleh merusak lingkungan
alam,sosial, dan budaya.
3. Etika, artinya manajemen
dalam mengusahakan laba harus tunduk pada norma-norma sosial di lingkungan
mereka bekerja dan tidak boleh menipu masyarakat konsumen.
6.
Memaksimumkan Nilai
Perusahaan
Nilai ialah sesuatu yang
dijunjung tinggi dan dihormati. Dalam perusahaan hal itu diwujudkan dalam perhitungan laba oprasional
bersih atau net operating profit after
tax yang lazim disebut NOPAT. Perusahaan dapat dikatakan memiliki nilai
maksimum jika NOPAT lebih besar dari pada biaya modal yang digunakan untuk
memperoleh laba tersebut. Misalnya perusahaan memiliki modal Rp 1000, biaya
modal yang diperhitungkan 10% per tahun, Laba oprasi Rp150. pajak 20%. Nilai Perusahaan sebesar
:
[Laba Operasi (1 – Pajak ) – ( Biaya Modal X
Modal)]
Biaya Modal
[Rp 150 ( 1 – 0,20) – (0,10 X Rp 1000)] = Rp
1200
0,10
Berdasarakan perlindungan
diatas, perusahaan memiliki tambahan nilai modalnya ( atau nilai invetasinya)
Rp 1000, sedangkan nilai perusahaan berdasarkan kapitalisasi laba oprasi bersih
Rp 1200. Manajemen harus berusaha agar nilai perusahaan semaksimum mungkin, artinya
ia harus mampu memperoleh laba operasi sebesar-besarnya dengan modal yang
digunakan sekecil mungkin.
7.
Perkembangan Peranan Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan memiliki
peran dalam kehidupan perusahaan ditentukan oleh perkembangan ekonomi kapitalisme.
Pada awal lahirnya kapitalisme sebagai system ekonomi pada abad 18, manajemen
keuangan hanya membahas topic rugi-laba. Selanjutnya berturut-turut ia memiliki
peranan antara lain sebagai berikut :
1.
Tahun 1900 awal : Penerbit
surat berharga
2.
Tahun 1930 – 1940 :
kebangkrutan, reorganisasi
3.
Tahun 1940 – 1950 : anggaran
& internal audit
4.
Tahun 1950 – 1970 : eksternal
perusahaan
5.
Tahun 1970 – 1980 : inflasi
6.
Tahun 1980 – 1990 : krisis
ekonomi keuangan
7.
Tahun 1990 – sekarang :
globalisasi
Perkembangan manajemen keuangan sangat dipengaruhi oleh
berbagai factor antara lain kebijakan moneter, kebijakan pajak, kondisi
ekonomi, kondisi social, dan kondisi politik. Kebijakan moneter berhubungan
dengan tingkat suku bunga dan inflasi. Khususnya inflasi mempunyai dampak langsung
terhadap manajemen keuangan antara lain masalah :
1.
Masalah akuntasi
2.
Kesulitan perencanan
3.
Permintaan terhadap modal
4.
Suku bunga
5.
Harga obligasi menurun
Kondisi ekonomi juga mempunyai
dampak lansung terhadap manajemen keuangan antar lain masalah :
1.
Persaingan internasional
2.
Keuangan internasional
3.
Kurs pertukaran yang
berfluktuasi
4.
Marger, pengambilalihan, dan
restrukturisasi
5.
Inovasi keuangan dan rekayasa
keuangan
8. Pihak-Pihak yang Memerlukan Laporan Keuangan
Dalam dunia bisnis, ada beberapa pihak yag memerlukan
laporan keuangan, yaitu pihak internal perusahaan dan pihak eksternal perusahaan. Pihak internal perusahaan
adalah para manajer pada semua tingkat. Lapotran keuangan itu dijadikan alat
untuk mengambil keputusan rutin dan keputusan khusus. Keputusan rutin meliputi
keputusan-keputusan yang berhubungan dengan kegiatan oprasi
dan keputusan kusus meliputi keputusan-keputusan yang berhubungan dengan
investasi jangka panjang, misalnya mendirikan pabrik baru, memproduksi produk
baru, mendirikan anak perusahaan, riset pemsaran, dan sebagainya.
Pihak eksternal yang
membutuhkan laporan keuangan antara lain adalah pemegang saham, kantor pajak,
pasar modal, lembaga keuangan, serikat buruh, dan sebagainya. Mereka mempunyai
kepentingan yang berbeda-beda dalam menggunakan informasi laporan keuangan. Pemegang saham untuk
menilai investasi; kantor pajak untuk menentukan besarnya pajak penghasilan;
pasar modal untuk memperkirakan harga saham; serikat buruh untuk memperkirakan
bonus yang akan diterimanya. Pihak-pihak yang memerlukan laporan keuangan
disajikan dalam gambar 2.1
Gambar 1.1
Pihak yang Memerlukan Laporan Keuangan
BAB II
NILAI UANG TERKAIT DENGAN WAKTU
(Time Value Of Money)
1. Pengertian
Dunia bisnis adalah aktivitas uang
sebagai. Kapital akhir periode (K2) harus lebih besar
dari pada kapital awal periode (K1), itu artinya bisnis memperoleh laba, atau
dapat dikatakan bahwa K1 adalah nilai uang sekarang (present value) & K2 adalah nilai uang di masa mendatang (future value).
Jembatan yang menghubungkan K1 & K2 adalah tingkat bunga. Dengan demikian, time
value of money berhubungan erat dengan perhitungan bunga, hasil investasi di
masa mendatang, & nilai tunai hasil investasi. Ia menjadi alat penting
dalam berbagai keputusan keuangan terutama dalam menilai :
1. arus kas, pertumbuhan, & nilai
perusahaan
2. nilai akan datang (future value)
3. periode ganda (multiple periode)
2. Nilai Uang Masa Mendatang
Nilai uang di masa mendatang (future value) ditentukan oleh tingkat suku bunga tertentu yang
berlaku di pasar keuangan. Misalnya suku bunga di pasar keuangan adalah 10% per
tahun. Nilai uang masa mendatang dapat dihitung sebagai berikut ada table
2.1
Table 2.1
Perhitungan nilai uang masa mendatang berdasarkan
Tingkat bunga 10% per tahun
(Perhitungan dalam Rupiah)
Tahun
|
(1)
Jumlah nilai tunai
Pada awal tahun
|
(2)
Bunga
yang diperoleh
(1)
x (0.10)
|
(3)
Jumlah nilai masa mendatang pada akhir tahun
(1)
x (1+ 0,10)
FVr,n
|
1
2
3
4
5
|
1.000,00
1.100,00
1.210,00
1.331,00
1.464,00
|
100,00
110,00
121,00
133,10
146,41
|
1.100,00
1.210,00
1.331,00
1.464,10
1.610,51
|
Keterangan : FV = Future Value (nilai masa
mendatang); r = Tigkat bunga; n = tahun(periode waktu)
Table 2.2
Faktor Bunga untuk Nilai Masa Mendatang
Periode
(n)
|
FVIFr,n = (1 + r )n
|
|||
0 %
|
5 %
|
10 %
|
15 %
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
|
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
|
1.0500
1.1025
1.1576
1.2155
1.2763
1.3401
1.4071
1.4775
1.5513
1.6289
|
1.1000
1.2100
1.3310
1.4641
1.6105
1.7716
1.9487
2.1436
2.3579
2.5937
|
1.1500
1.3225
1.5209
1.7490
1.0114
2.3131
2.6600
3.0590
3.5179
4.0456
|
Keterangan : FV = Future Value (nilai masa
mendatang); r = Tigkat bunga; n = tahun(periode waktu)
Tingkat Bunga 5%
Rp 1 pada awal tahun akan menjadi Rp
1,0500 pada akhir tahun ke 1 dan menjadi Rp 1,6289 pada akhir tahun ke 10
Tingkat Bunga 10%
Rp 1 pada awal tahun akan menjadi Rp
1,1000 pada akhir tahun ke 1 dan menjadi Rp 2,5937 pada akhir tahun ke 10
Tingkat Bunga 15%
Rp 1 pada awal tahun akan menjadi Rp
1,1500 pada akhir tahun ke 1 dan menjadi Rp 4,0456 pada akhir tahun ke 10
Makin tinggi tingkat bunga,
makin tinggi nilai uang dimasa mendatang. Oleh sebab itu, kaum pemilik uang
(kaum Kapitalis) pola pikir dan perilakunya bertumpu pada tingkat suku bunga.
Jika tingkat bunga tinggi, ia akan membungakan uangnya atau mendepositokan
uangnya, dan jika suku bunga rendah, ia akan meminjam uang untuk aktivitas
bisnis.
3. Nilai Sekarang (Present Value)
Nilai sekarang ialah nilai saat ini pada
proyeksi uang kas masuk bersih (net cash flow) di masa mendatang. Uang kas
masuk bersih di masa mendatang adalah proyeksi hasil investasi. Rumusnya yaitu
:
1.
Laba bersih ( Earning After Tax) + (Penyusutan Aktiva
Tetap) + [Bunga X (1-Tax)] atau disingkat EAT + Depreciation + Interest(1-T)
2.
Laba Oprasi (Earning before Interest & Tax Atau
EBIT) X (1-Tax) + Penyusutan aktiva Tetap, atau disingkat EBIT (1-T) +
Depreciation.
3.
Laba sebelum penyusutan,Bunga,
dan pajak (atau Earning before
depreciation, Interest, and Tax atau EBIT atau EBITDA) X (1-Tax) + ( Tax X
Depreciation) atau disingkat EBIT atau EBITDA (1-T) + T(Dep.)
Suatu investasi dapat diterima hanya jika investasi itu menghasilkan
paling tidak sama dengan tingkat hasil investasi di pasar (atau Rm)
yang jharus lebih besar dari pada tingkat bunga deposito (tingkat hasil tanpa
resiko (atau Rf). Misalnya tingkat hasil pasar 20 %, itu lazim
disebut “ Tingkat Diskonto” artinya alat untuk mengitung nilai tunai dari suatu
hasil investasi di masa mendatang.
4. ANUITAS
Anuitas adalah serangkaian pembayaran atau penerimaan uang dalam
jumlah yang sama besarnya sepanjang periode tertentu. Pembayaran atau
penerimaan dapat terjadi pada awal tahun atau pada akhir tahun.
BAB III
PENYUSUTAN DAN PAJAK
1.
Peraturan Perpajakan
Negara memungut pajak untuk membiayai
administrasi pemerintahnya. Makin besar biaya pemerintah, makin tinggi pajak
yang dipungut, dan makin berat beban rakyat. Peraturan perpajakan Negara-negara
di dunia berbeda-beda tergantung kebutuhan dana pemerintah. Dalam sistem ekonomi kapitalisme, pajak merupakan beban yang harus
ditanggung rakyat dan perusahaan. Dalam kajian ini, yang dimaksud pajak adalah
pajak penghasilan badan usaha atau pajak keuntungan perusahaan. Makin besar
keuntungan, pada umumnya makin tinggi pajak yang dipunggut oleh pemerintah.
Karena laba adalah selisih positif dari
total pendapatan dikurangi total beban (atau lazim disebut total biaya), maka
perusahaan yang tidak jujur terhadap pajak, mereka akan merekayasa biaya tinggi
agar beban pajaknya rendah. Namun, kantor pajak memiliki aturan -aturan tertentu dalam hal biaya-biaya yang dapat dibebankan kepada
pendapatan, termasuk metode penyusutan harta tetap. Oleh sebab itu, neraca
perusahaan yang diserahkan kepada kantor pajak diperlukan audit dari kantor
Akuntan Publik tentang kebenaran teknik pembukuan yang berhubungan dengan
harta,utang,modal,pendapatan,biaya, dan laba. Walaupun neraca suatu perusahaan
sudah diaudit oleh kantor akuntan Publik, Akuntan pajak tetap memeriksanya
kembali tentang kewajaran laporan keuangan tersebut.
2.
Metode Penyusutan
Penyusutan, amortisasi, dan depresi adalah beban laba perusahaan, artinya
sebelum laba dikenakan pajak dikurangi dahulu beban penyusutan. Makin besar
beban penyusutan, makin kecil pajak yang akan dibayar oleh perusahaan, dan
makin kecil beban penyusutan makin besar beban pajak. Direktorat Jendral Pajak
mempunyai hak menentukan model penyusutan yang harus digunakan oleh tiap-tiap
jenis aktiva perusahaan.
BAB IV
PASAR MODAL
A. SISTEM KEUANGAN
Uang sebagai subyek dan sekaligus obyek itu dapat
membentuk sistem
yang disebut sistem keuangan, yaitu perpindahan dari pihak yang memiliki kelebihan
uang ke pihak yang membutuhkan uang yang menciptakan harta keuangan dan
kewajiban keuangan, atau dapat dikatakan perpindahan dana dari pihak yang
memiliki surplus tabungan ke pihak yang mengalami defisit tabungan.
Pihak yang memiliki surplus tabungan menciptakan harta
keuangan (financial assets) dan pihak
yang mengalami defisit tabungan mencipta kewajiban keuangan (financial liability). Perpindahan uang itu dilakukan dalam suatu
pasar yang disebut pasar keuangan dan pasar modal (pasar bursa).
Pasar Keuangan (Financial Markets)
Pasar keuangan adalah tempat
transaksi keuangan yang menimbulkan harta keuangan dan kewajiban keuangan (financial intermediary).
B. PERANAN PEMERINTAH
Peranan pemerintah dalam sektor keuangan terdiri dari kebijakan moneter (Bank Sentral) dan kebijakan
fiskal (perpajakan). Kebijakan bank sentral menyangkut mengenai tingkat
suku Bunga. Jika jumlah uang beredar
dalam masyarakat banyak,maka bank sentral akan menaikkan suku bunga agar uang
tersebut masuk ke dunia perbankan. Hal itu di lakukan untuk mengendalikan
inflasi.
Di samping itu, pemerintah
melaksanakan kebijakan fiskal, yaitu tingkat pajak yang di kenakan kepada perusahaan
atau badan usaha. Jika negara membutuhkan uang untuk membiayai administrasi
pemerintah, maka tingkat pajak tinggi. Dampaknya adalah rumah tangga keluarga
dan rumah tangga perusahaan sisa pendapatan atau sisa laba kecil. Dengan sisa
laba kecil, perusahaan tidak mampu mengadakan ekspansi dan kesempatan kerja
sempit.
Jika persediaan uang di bank
banyak, bank sentral akan menurunkan suku bunga, supaya para pengusaha meminjam
uang untuk investasi. Makin rendah suku bunga makin tinggi investasi, makin
luas kesempatan kerja, makin tinggi pendapatan masyarakat. Kesempatan kerja
juga dapat di tentukan oleh tingkat pajak perseroan. Jika tingkat pajak rendah,
maka laba perusahaan besar dan perusahaan dapat mengadakan ekspansi yang dapat
membuka lapangan kerja baru dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Dengan Demikian, untuk menyediakan kesempatan kerja, pemerintah dapat memainkan
instrumen bank sentral dan departemen keuangan, bank sentral mempunyai wewenang
mengatur tingkat suku bunga, dan departemen keuangan mempunyai wewenang
mengatur tingkat pajak.
Dalam pandangan ekonomi
kapitalisme, makin rendah tingkat bunga dan makin rendah tingkat pajak, makin
tinggi keuntungan perusahaan, makin luas ekspansi perusahaan,makin luas
kesempatan kerja, dan makin tinggi pendapatan masyarakat.
C. JENIS – JENIS INSTRUMEN KEUANGAN
Klasifikasi dasar instrumen
keuangan meliputi tiga kategori utama :
1.
Mata Uang
2.
Utang (obligasi)
3.
Kepemilikan (saham)
D. LEMBAGA PASAR KEUANGAN
1.
Pasar Pertama ( Pasar Perdana )
Pasar primer (primary market ), dimana saham dan obligasi pertama kali di jual di
pasar bursa.
2.
Pasar Kedua
a. Pasar Sekunder (secondary market),dimana saham dan obligasi tersebut kemudian
dipedagangkan seperti : komoditi di pasar,
harganya tergantung permintaan dan penawaran.
b. Perdagangan saham di pasar sekunder ini
merupakan “judi” Bagi kaum kapitalis
untuk memperoleh keuntungan. Barang siapa yang tidak ahli “ bermain “ atau “
judi “ saham jangan melibatkan diri dalam jual-beli saham di pasar sekunder.
c. Pasar Ketiga
d. (1)
Pasar Bebas Surat berharga (Over-the-Counter = OTC, (2) Pasar Bebas (OTC) surat berharga
adalah istilah yang digunakan untuk semua kegiatan penjualan dan pembelian
Surat berharga yang tidak terjadi di bursa saham,dimana penjual dan pembeli langsung
berhubungan, atau menggunakan mediator di luar pasar bursa.
3.
Surat Utang Internasional
Pasar utang internasional terdiri dari tiga unsur
utama :
(1) Obligasi luar negeri, yaitu surat utang yang di terbitkan di sebuah negara di luar negeri dan di
beri nilai dalam mata uang negara tersebut,biasanya untuk investasi bagi
pembelinya.
(2) Eurobond, yaitu surat utang jangka panjang
yang di terbitkan oleh negara – negara Uni Eropa, biasanya untuk investasi bagi
pembelinya.
(3) Surat Niaga Eropa (Euro – commercial paper), yaitu surat utang jangka pendek model
yang di terbitkan oleh negara – negara uni eropa, biasanya untuk modal kerja
untuk penerbitnya.
4.
Keputusan Mendaftar Atau Tidak Mendaftar
Saham
Perusahaan yang akan Go –
Public harus mendaftarkan terlebih dahulu di pasar buras. Untuk mendaftarkan
sahamnya, perusahaan harus memenuhi syarat – syarat bursa yang menyangkut
besarnya perusahaan, lamanya bisnis yang telah dilakukan, catatan tentang laba,
jumlah saham yang beredar dan nilai pasarnya.
5.
Perdagangan Saham
Dalam dunia bisnis surat berharga lazim di kenal Perdagangan Marjin
(marjin trading) dan penjualan cepat
(Short Selling). Kedua jenis
perdagangan tersebut melalui broker saham, dan mungkin pihak pedagang tidak
memiliki saham, namun bisa pinjam saham dari broker.
6.
Penjualan Cepat (Short Selling)
Menjual saham saat ini karena diperkirakan harganya akan turun di masa
mendatang. Misal tuan A ingin
menjual saham 10 lembar,
haraga per lembar Rp 1000. dalam waktu satu tahu harganya turun menjadi Rp 800
per lembar, komisi broken 5, maka laba Tuan A:
Pembelian saham 10 saham x Rp 1000 = Rp 10000
Komisi broken 5% x Rp 10.000 = Rp 500
Jumlah Penerimaan =
Rp 9.500
Penjualan saham 10 saham x Rp 800 = Rp
8.000
Komisi broken 5% x Rp 800 = Rp 400
Jumlah Pengeluaran =
Rp 8.400
Jumlah Penerimaan =
Rp 9.500
Retur on Investment atau ROI = Rp 1.100
Presentase ROI = ( Rp1.100/Rp
9.500)x100% = 11,58%
7.
Manfaat Pasar Bursa
1) Pasar burasa surat berharga dapat
memperlancar proses investasi dengan biaya yang murah dan efisien.
2) Pasar bursa mampu menguji nilai dari surat
berharga dengan mengadakan transaksi jual beli kontinyu.
3) Pasar Bursa dapat membantu mensatbilkan
harga surat berharga.
4) Pasar bursa surat berharga membantu dan memperlancar
proses penjualan saham baru.
8.
Peranan Manager Keuangan
Suatau
perusahaan siklus uangnya diatur oleh Manajer Keuangan. Ia melakukan
pilihan-pilihan memperoleh dana ekstarn, dan mengendalikan dana yang diperoleh
bagar penggunaannya efektif, melalui berbagai pasar keuangan untuk memenuhi
kebutuhan modal perusahaan.
Pada gambar 4.1 menunjukan bahwa manajer
keuangan menghubungkan pembiayaan perusahaan dengan sumber-sumber keuangan
melalui pasar keuangan.
Gambar 4.1
Hubungan Pasar
Keuangan dengan Manajer Keuangan Perusahaan
* Keterangan (Gambar 4.1)
Dalam Proes Bisnis, dana (kasa)
dikeluarkan untuk ;
1. Biaya Organisasi (pendiri,izin,dan
sebagainya), sebagai Intanginable assets yang
akan diamortisasi
2. Pembelian Peralatan Bisnis sebagai Fixed Asstes yang akan didepresiasi
3. Pembelian Material (bahan Baku) yang akan
diolah menjadi komoditi
4. Pembayaran upah buruh (tenaga kerja
langsung)
5.
Pembayaran biaya tak langsung (faktory overhaead)
6.
Pembayaran biaya p[emasaran
7.
Pembayaran biaya umum dan administrasi
10. Efisiensi pasar
Efisiensi dalam pasar saham menunjukan
secra tidak langsung bahwa seluruh informasi relevan yang tersedia tentang
suatu saham langsung tercermin dalam harganya.
BAB V
HASIL DAN RISIKO
A. RISIKO BISNIS
Dalam dunia bisnis ada dalil klasik yakni menanggung risiko yang
sekecil-kecilnya untuk memperoleh hasil sebesar-besarnya. Kenyataannya bagi
kaum kapiltalis adalah : (1) enggan menanggung risiko atau berupaya memperkecil
risiko. (2) mengharapkan hasil-hasil sebesar-besarnya. Dalil klasik itu tidak
pernah terjadi, sebab resiko berhubungan dengan hasil; makin kecil resiko makin
kecil hasil dan makin besar resiko makin besar hasil.
Kondisi ekonomi merupakan faktor utama yang
menentukan hasil dan risiko investasi. Kondisi ekonomi resesi (buruk) pada
umumnya semua investasi mendapatkan hasil negatif; kondisi ekonomi normal
mendapatkan hasil positif normal; kondisi eknonomi baik mendapatkan hasil
sangat positif. Untuk mengukur hasil dan risiko pada umumnya digunakan konsep
probabilitas. Distribusi probabilitas menunjukkan probabilitas terjadinya
masing-masing hasil yang mungkin tercapai, dengan mengasumsikan bahwa kita
melakukan investasi tertentu dalam kondisi ekonomi tertentu atau pada tempat
dan waktu tertentu.
B. UKURAN HASIL DAN RISIKO
Ukuran hasil dapat dinyatakan dengan
hasil yang diharapkan (expected return)
dan hasil yang diperlukan (required
return). Hasil yang diharapkan ialah rata-rata hasil atau lazim disebut
hasil normal. Sedangkan hasil yang diperlukan ialah hasil yang disesuaikan
dengan :
1) Tingkat hasil bebas risiko (suku bunga
deposito Bank Sentral)
2)
Premi risiko pasar (hasil pasar
bursa dikurangi hasil bebas risiko)
3)
Keefesiensi beta (covariasi
hasil pasar dengan hasil investasi perusahaan tertentu dibagi varian hasil
pasar)
Sedangkan
ukuran risiko yang lazim dipakai adalah :
1)
Deviasi standar atas hasil
2)
Keefisiensi variasi
3)
Koefisien beta
C.
DEVIASI STANDAR
Resiko investasi pada
umumnya diukur dengan deviasi stnadar dari hasil yang diharapkan. Teknik perhitungannya
adalah :
σa =
-
σa = deviasi standar hasil
investasi proyek A
-
Ps = probabilitas kondisi ekonomi
-
Ra
= hasil atas inevstasi pada proyek A
-
ERa = hasil diharapkan (expected return) proyek A
D.
KEEFISIEN VARIASI
Untuk menilai setiap
investasi pada anak perusahaan lazim digunakan koefisien variasi. Hal itu disebabkan karena kesulitan
memilih investasi atas dasar hasil yang diharapkan dan risiko dengan
menggunakan deviasi standar. Teknik perhitungan koefiien variasi (coefficient
variation atau CV) adalah deviasi standar dibagi hasil yang diharapkan :
CVj
=
Table 5.1
Koefisien Variasi sebagai Pengukur Risiko
Harta
|
Hasil diharapkan
|
Standar deviasi
|
Koefisien variasi
|
G
H I |
0,12
0,20
0,15
|
0,10
0,22
0,10
|
0,83
1,10
0,67
|
Sumber : Weston dan Brigham, Manajemen Keuangan (1981:79), edisi ketujuh Bahasa
Indonesia, jilid 1.
Jika standar deviasi
yang digunakan sebagai ukuran risiko
investasi secara individu, maka ukuran tersebut harus dinormalisasikan
dengan membagi standar deviasi dengan hasil yang diharapkan untuk mendapatkan
koefisien variasi, maka investor akan memilik proyek 1 karena koefisien
variasinya paling kecil dibanding proyek G dan H. Pemikiran ini didasarkan
bahwa investor hakikatnya adalah mencari risiko yang paling kecil, atau
menghindari risiko.
E.
KOEFISIEN BETA
Koefisien beta adalah ukuran risiko yang didasarkan hubungan hasil proyek
investasi tertentu dengan hasil pasar yang dibagi dengan varian pasar. Teknik
perhitungan itu dapat dinyatakan sebagai berikut :
βj =
Dimana :
βj =
koefisien beta (besarnya risiko)
Cov (Rj,Rm) =
kovarian hasil proyek j dengan hasil pasar
Σ2m = varian pasar
BAB VI
PENYAJIAN
LAPORAN KEUANGAN
Kegiatan bisnis adalah mencari
keuntungan yang digerakkan oleh kapital. Kapital ialah uang, barang, ilmu,
teknologi, dan kemampuan Sumber Daya Manusia yang digunakan untuk mencari
keuntungan. Kaum yang memiliki kapital untuk mencari keuntungan disebut kaum
kapitalis. Kaum kapitalis menggunakan Perusahaan untuk mencari keuntungan. Agar
keuntungan dapat diperoleh secara maksimal, kapital harus di kelola dengan
baik. Pengelolaan kapital dalam Perusahaan disebut Manajemen Keuangan atau
Manajemen Kapital.
Kapital harus diperoleh dengan syarat
yang semurah-murahnya dan digunakan dalam kegiatan bisnis harus efektif,
efisien, produktif, dan menguntungkan. Inti pokok dalam perolehan dan
penggunaan kapital adalah keuntungan. Dengan demikian Manajemen Keuangan dapat
didefinisikan sebagai :
a. Usaha manajemen untuk memperoleh dana (modal)
dengan biaya semurah- murahnya.
b. Menggunakan dana yang efektif, efisien, dan
produktif dengan tujuan akhir untuk memperoleh keuntungan.
Dalam kegiatan Perusahaan, sumber
kapital atau sumber dana diperoleh dari eksternal dan internal. Sumber dana
eksternal antara lain dari :
a. Modal Pemilik (ekuitas atau ekuiti) yaitu setoran
barang atau uang tunai, atau segala sesuatu yang dapat dijadikan uang untuk
memulai kegiatan bisnis.
b. Utang (debts), Pinjaman dari Pihak ketiga
khususnya dari lembaga keuangan untuk menambah modal. Kedua jenis sumber dana
eksternal itu merupakan milik Pihak ketiga. Perusahaan yang menggunakannya
harus membayar sewa. Sewa bagi modal Pimilik disebut laba yang dibagikan. Dan sewa bagi pemberi
utang (kreditur) desebut bunga. Laba yang di harapkan Pemilik Perusahaan dan
bunga yang dibayar kepada Kreditur merupakan biaya yang harus di tanggung
Perusahaan., yang lazim disebut biaya modal (cosf of capital).
Sumber
internal berasal dari kemampuan Manajemen menyisihkan laba untuk mengembangkan
Perusahaan, lazim sebut laba ditahan, dan dari kemampuan menyisihkan dana untuk
mengganti peralatan yang digunakan dalam kegiatan bisnis, lazim disebut
penyusutan. Dengan demikiansumber dana internal adalah :
a. Laba ditahan (retained earning)
b. Penyusutan (depreciation amortization deplesion)
Pengguanaan
kapital (dana) dalam kegiatan bisnis adalah untuk :
a. Mendirikan Perusahaan
b. Membeli peralatan bisnis, yang lazim disebut harta
tetap (fixed assets).
c. Untuk mengoperasikan peralatan tersebut yang lazimdisebut
modal kerja (working kapital).
Jika
Perusahaan memiliki kelebihan dana dapat diinvestasikan keharta keuangan (finansial assets) pada Perusahaan lain.
Dengan demikian hakikat penggunaan dana adalah untuk :
a. Investasi pada modal kerja (working
kapital/current assets) yaitu modal yang digunakan untuk kegiatan bisnis dan
menggerakkan peralatan bisnis.
b. Investasi pada harta keuangan (finansial assets),
dana yang ditanam disektor surat-surat berharga atau penyertaan pada Perusahaan
lain melalui kepemilikan saham dan atau obligasi.
c. Investasi pada harta (fixed assets), peralatan
untuk melakukan kegiatan bisnis.
d. Investasi pada harta tidak berwujud (intangible
assets), biaya pendirian Perusahaan, biaya untuk memperoleh hak Pengelolaan
Sumber Daya Alam, yang akan dibebankan keperhitungan rugi-laba secara berkala.
1. Penyajian
Neraca dan Laba-Rugi
Laporan sumber dan
penggunaan dana dapat di sajikan dalam bentuk Laporan Posisi Keuangan (balance sheet) dan Laporan Perhitungan
Rugi-Laba (income statement). Laporan
posisi keuangan suatu Perusahaan terdiri dari harta (assets), kewajiban (liabilities),
dan modal, atau neraca merupakan persamaan dari :
Harta =Utang + Modal
Harta
terdiri dari :
a. Harta lancar (current
assets)
b. Harta Keuangan (finansial assets)
c. Harta tetap (fixed
assets)
d. Harta tidak berwujud (ingetible assets)
Kewajiban
terdiri dari :
a. Utang lancar (current
liabilities)
b. Utang jangka panjang (long term debt)
Modal
terdiri dari :
a. Modal saham istimewa (prefered stock)
b. Modal saham biasa (common stock)
c. Laba ditahan (retained earning)
Perhitugan
rugi-laba terdiri dari :
a. Pendapatan yaitu hasil penjualan umumnya adalah
penjualan bersih dan pendapatan lain-lain (other
income)
b. Beban (expenses)
yang terdiri dari :
1. beban (harga) pokok penjualan (cost of goods sold)
2. beban usaha (commercial expenses) yang terdiri
dari beban pemasaran (marketing expenses) dan beban administrasi (administrative expenses)
3. beban bunga (interest
expenses)
4. beban pajak (corporate
tax expenses), atau pajak atas laba
Teknik
penyajian laporan keuangan disajikan pada tabel berikut ini :
Kerangka
Berpikir
Sumber
Dana (financing)
Penggunaan Dana (investment)
Biaya
(cost) dan Beban (expenses)
Laba (gross profit, operating profit, net profit)
Pertumbuhan Perusahaan (growth or expansion)
Kegiatan operasi Perusahaan hasilnya
disajikan dalam suatu laporan yang disebut Laporan Rugi-Laba atau income
statement. Terdapat dua jenis laporan
rugi-laba yaitu:
- Untuk Pihak luar Perusahaan yaitu untuk para Pegang Saham, lembaga keuangan, pajak, serikat buruh, dan sebagainya.
- Untuk pihak manajemen yaitu untuk pengambilan keputusan investasi jangka panjang dan untuk perencanaan laba jangka pendek.
Laporan
Rugi-Laba (income statement) PT. ABC 31 Desember 2002
Pendekatan
Fungsi Manajemen (functional Management approarch)
Untuk
Pihak Luar (for exsternal parties), (perhitungan dalam rupiah)
Nama
Perkiraan (accounts)
|
Rupiah
|
Ratio
|
|
Pendapatan
(sales)
|
10.000
|
100,0%
|
|
Harga pokok
penjualan (cost of goods sold)
|
6.000
|
60,0%
|
|
Laba kotor
(gross profit)
|
4.000
|
40,0%
|
|
Beban pemasaran
(marketing expenses)
|
1.230
|
12,3%
|
|
Beban
administrasi (administrasi expenses)
|
500
|
5,0%
|
|
Laba operasi
(operating profit)
|
2.270
|
22,7%
|
|
Pendapatan
(beban) lain-lain
|
230
|
2,3%
|
|
[other incomes
(expenses)]
|
|||
Penghasilan sebelum bunga dan pajak
|
2.500
|
25,0%
|
|
[eaning before
interest & tax (EBIT)]
|
|||
Beban bunga
(interest expenses)
|
1.040
|
10,4%
|
|
Penghasilan
sebelum pajak
|
1.460
|
14,6%
|
|
[earning before
tax (EBIT)]
|
|||
Beban pajak(tax
expenses 30% x 1.460)
|
438
|
4,4%
|
|
Laba bersih
[earning after tax (EAT)]
|
1.022
|
10,2%
|
Keterangan :
a. Perhitungan laba-rugi diatas yang lazim disajikan
pada berbagai laporan keuangan secara umum, dimuat disurat-surat kabar,
majalah, brosur dan sebagainy. Garis besarnya memuat tentang pendapatan (revenue) dan beban-beban (expenses) Perusahaan.
b. Beban pokok penjualan atau cost of goods sold
merupakan beban yang paling tinggi, diikuti oleh beban pemasaran dan beban
administras. Ketiga beban itu lazim disebut beban operasi (operating expenses).
c. Beban bunga, besarnya tergantung pada besarnya
pinjaman dan besarnya suku bunga, makin tinggi Perusahaan di biayai oleh utang,
makin tinggi beban bunganya, dan makin tinggi resiko keuangan Perusahaan.
d. Beban pajak yaitu pajak atas laba tergantung pada
besarnya keputusan Pemerintah tentang pajak penghasilan Perusahaan dan
tergantung besarnya laba kena pajak
Disamping manjemen Perusahaan
menyajikan perhitungan rugi-laba, ia juga menyajikan perhitungan laba ditahan (retained earning statement). Perhitungan
ini menjanjikan besarnya laba bersih yang dibagikan kepada Pemegang Saham
sebagai Deviden dan besarnya laba.
3. fungsi
keuangan
Tujuan perusahaan adalah sama dengan tujuan
pemilik perusahaan yaitu mencari laba. Oleh scbab ilu, perusahaan
disebut organisasi pencari laba (provit seeking organizalion). Ciri khusus
perusahaan ialah semua orang yang melibatkan diri dalam kegiatan harus berpikir
peng-hematan biaya dan memaksimumkap pendapatan, agar perusahaan dapat
mcmpcroleh laba untuk memaksimumkan kekayaan pemiliknya, kesejahteraan karyawannya,
dan untuk me-ngembangkan kegiatannya. Untuk mewujudkan laba, semua kegiatan
harus diukur dengan satuan uang. maka fungsi keuangan menjadi pusat pembahasan
yang penting. Fungsi keuang-an suatu perusahaan adalah:
1. Modal harus dicari dari sumber-sumber luar dengan
biaya yang semurah-murahnya dan dialokasikan untuk berbagai kelalaian bisnis
secara efektif, efesien, produktif, dan menguntungkan.
2. Arus uang dalam operasi perusahaan hams dicatat,
aiau harus mempiinyai sisleni akunlansi yang lepal guna, agar kegiatan bisnis
dapat disajikan dalani laporan keuangan financial statement) yang tepat
waktu, lepat guna, dan akural
3. Sumber-sumber keuangan, diberikan dalam bentuk
laba, dividen, bunga, pembayaran kembali utang dan modal.
Untuk melaksanakan fungsi keuangan, manajer keuangan harus
berhubungan crat dengan pasar keuangan: lembaga keuangan perbankan dan non-bank (perusahaan asuransi, dana pensiun, dan sebagainya.). Manajer keuangan harus mengetahui dan perilaku pasar keinginan untuk: (1) kepentingan kelancaran kegiatan optimalisasi perusahaan, (2) indenfifikasi kekayaan pemegang saham, yaitu meningkatkan pendapalan per saham biasa dalam jangka panjang.
Di samping memaksimumkan kekayaan pemilik perusahaan, manajer keuangan juga ha-rus memiliki tanggung jawab sosial, yaitu membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan dengan cara memberikan berbagai bantuan dana untuk per-baikan lingkungan
sosial.
BAB VII
ANALISIS KINERJA KEUANGAN
(Financial Performance
Analisis)
Kinerja Keuangan ialah hasil kegiatan operasi perusahaan yang
disaikan dalam bentuk angka-angka keuangan. Hasil kegiatan perusahaan periode
sekarang harus
dibandingkan dengan: (1) Kinerja keuangan periode masa lalu, (2) Anggaran neraca
dan rugi laba,dan (3) rata- rata kinerja keuangan perusahaan sejenis. Hasil
perbandingan itu menunjukkan penyimpangan yang menguntungkan atau merugikan, kemudian
penyimpangan itu dicari penyebabnya. Setelah ditemukan penyebab penyimpangan,
manajemen mengadakan perbaikan dalam perencanaan dan perbaikan dalam
pelaksanaan.kegiatan perusahaa dapat disajikan dakam laporan keuangan yang
terdiri dari:
1)
Lapoaran posisi keuangan (Balance Sheet)
2) Laporan Rugi-Laba (Income Statement)
3)
Laporan Laba Ditahan (Retained earning Statement)
4)
Laporan sumber dan Penggunaan
Dana(Source and Application of Fund atau
laim disebut Cash Flow Statement)
Perusahaan yang memiliki kinerja baik
adalah perusahaan yang hasil kerjanya di atas perusahaan pesaingnya, atau di
atas rata-rata perusahaan sejenis. Analisis Kinerja Keuangan dapat disajikan
dengan perhitungan sebagai berikut:
1)
Analisis arus Kas (cash Flow analisys)
2)
Analisis Likuiditas (Liquidity analysis or working capital
analysis)
3)
Analisis activity analysis Leverage (Leverage
analysis or debt manajemen analysis)
4)
Analisis Profitabilitas (Profitability analysis)
5)
Analisis Aktivitas
6)
Analisis Penilaian (Valuation analysis)
7)
Analisis Pertumbuhan (Growth analysis)
8)
Analisis Kesehatan (Healthy analysis)
9)
Analisis Sistem Du-pont
Hasil
analisis merupakan informasi bagi manajemen untuk membuat berbagai keputusan
bidang pembiayaan, investasi, dan operasi. Setiap Manajer membutuhkan informasi
Keuangan untuk membuat program kerja, anggaran, dan pengendalian. Oleh sebab
itu informasi keuangan harus disajikan tepat waktu dan akurat. Informasi
tersebut disajikan oleh akuntan intern kemudian diperiksa oleh akuntan publik.
1. ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA(ARUS KAS)
Manajer puncak harus
mengetahui dengan pasti dari mana dana diperoleh dan kemana dan dialokasikan. Media untuk mengetahuinya adalah laporan sumber
dan penggunaan dana. Sumber dana harus sama besarnya dengan penggunaanya,karena
hakikat dari posisi keuangan adalah harta sama dengan hutang ditambah modal.
1)
Dengan informasi di atas,
manajemen dapat mengetahui bahwa saldo kas sebesar Rp 500 pada akhir periode
2002 adalah dari hasil operasi, pembiayaan, dan investasi.
2) Dengan dibuatnya perhitungan diatas,
kndisi keuangan perusahaan dapat dipertanggungjawabkan dengan baik.
2. ANALISIS LIKUIDITAS
Likuiditas ialah kemampuan
perusahaan mmenuhi semua kewajibanya yang jatuh tempo kemampuan itu dapat
diwujudkan bila jumlah harta lancar lebih besar dari pada utang lancar.
Perusahaan yang likuid adalah
perusahan yang mampu memenuhi semua kewajibannya yang jatuh tempo dan
perusahaan yang tidak likuid adalah perusahaan yang tidak mampu memenuhi semua
kewajiban yang jatuh tempo.
Perusahaan yang tidak likuid akan kehilangan kepercayaan
dari pihak luar terutama para kreditur dan pemasok, dan dari pihak dalam yaitu
karyawannya.
Oleh sebab itu, setiap perusahaan harus memiliki likuiditas badan usaha ( berhubungan dengan pihak luar ) dan likuiditas perusahaan (berhubungan
dengan pihak dalam perusahaan ). Untuk memperbaiki likuiditas dapat dilakukan
dengan cara : (1) pemilik menambah modal, (2) menjual sebagian harta tetap, (3)
utang jangka pendek dijadikan utang jangka panjang, (4) utang jangka pendek
dijadikan modal sendiri.
3. PERAMALAN KEUANGAN
Kegiatan bisnis sebaiknya
dimulai dari mengadakan peramalan kondisi di masa depan, terutama adalah
situasi ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Kondisi politik menentukan
kegiatan bisnis. Untuk mengadakan peramalan terlebih dahulu dikumpulkan data
historis suatu kegiatan bisnis kemudian diolah menjadi informasi relevan untuk
mengambil keputusan manajemen dalam membuat perencanaan keuangan. Peramalan
bisnis ini dituangkan dalam angka – angka keuangan menjadi peramalan keuangan
suatu unit organisasi bisnis. Metode yang lazim digunakan adalah:
1)
Siklus Arus kas
2)
Pola Pembiayaan
3)
Perubahan Penjualan
4)
Regressi
a.
Siklus Arus Kas
Siklus bisnis dimulai dari
uang sebagai kapital untuk menjalankan kegiatan bisnis, kemudian melahirkan
uang (kapital) yang lebih besar lagi. Dengan demikian, unit organisasi bisnis
mendapatkan keuntungan atau laba.
Uang Kegiatan Bisnis Uang
Uang (Rp 1.000) Kegiatan Bisnis Uang (Rp. 1.200)
Uang sebagai kapital pertama-
tama dari setoran pemilik organisasi bisnis sebagai kapital yang lazim disebut Equity
(ekuitas) atau modal sendiri. Jika kapital sendiri tidak mencukupi untuk
melakukan kegiatan bisnis, organisasi meminjam uang dari sumber – sumber
pembiayaan (bank dan lembaga keuangan non – bank). Kedua jenis sumber modal itu
(modal sendiri dan utang jangka panjang) disebut modal permanen atau capital
invested.
Modal permanen digunakan untuk
membangun organisasi bisnis dan membeli peralatan bisnis, kemudian untuk
membiayai kegiatan bisnis yaitu membeli bahan baku untuk diolah menjadi
komoditi, membayar upah tenaga kerja, dan membayar berbagai biaya tidak
langsung antara lain biaya tidak langsung pabrik (faktory overhead),
biaya pemasaran, biaya administrasi, biaya bunga, biaya sewa, dan pajak. Semua
ini dikeluarkan uang tunai (cash). Setelah menjadi komoditi dijual
dipasar, melahirkan uang tunai kembali. Dengan demikian arusnya yaitu dari uang
tunai (cash), kegiatan bisnis, kemudian menjadi uang tunai kembali.
Biaya membangun organisasi dan
biaya peralatan bisnis secara periodik diamortisasi dan didepresiasi
berdasarkan suatu metode tertentu kemudian dibebankan kepada komoditi yang
dijual, ini merupakan proses menjadikan kembali uang tunai melalui kegiatan
bisnis. Dengan demikian, arus kas masuk bersih dapat disajikan sebagai : laba
bersih + amortisasi dan depresiasi. Keahlian menjadikan uang tunai Rp 1000 pada
awal tahun menjadi Rp 1200 pada akhir tahun adalah keahlian menejer bisnis.
b.
Pola Pembiayaan
Yang dimaksud dengan pola
pembiayaan adalah pembiayaan untuk modal kerja dan harta tetap. Modal kerja
digolongkan menjadi dua, yaitu modal kerja permanen dan modal kerja musiman.
Modal kerja permanen harus dibiayai oleh utang jangka panjang dan modal
sendiri. Sedangkan modal kerja musiman bisa dibiayai oleh utang dagang, utang
bank jangka pendek, atau utang wesel bayar atau dikenal dengan commercial
papers.
Harta tetap harus dibayar oleh
utang jangka panjang dan modal sendiri. Manajemen harus memperhitungkan umur
ekonomis harta tetap dan model penyusutan yang akan dibebankan kepada produk
yang dijual. Makin tinggi nilai penyusutan makin besar arus kas masuk bersih
perusahaan, tetapi makin tinggi harga pokok penjualan suatu produk dan akhirnya
sulit masuk dalam persaingan pasar bebas. Sedangkan makin kecil nilai
penyusutan makin kecil arus kas masuk bersih perusahaan, tetapi makin rendah
harga pokok penjualan suatu produk dan lebih mudah masuk pasar persaingan
bebas. Manajemen harus mengadakan penukaran (trade-off) antara
kepentingan arus kas masuk dan pangsa pasar.
Baik modal kerja permanen
maupun modal kerja pemanen harus tumbuh terus menerus sepanjang waktu (steady
growth). Sedangkan modal kerja musiman mengikuti perkembangan permintaan
pasar. Permintaan tinggi, kebutuhan modal kerja musiman tinggi, dan sebaliknya.
Jika perusahaan memiliki kelebihan uang tunai, peusahaan harus menginvestasikan
sementara pada harta keuangan jangka pendek atau surat-surat berharga yang
mudah diperjual belikan (marketable securities).
c. Perubahan Penjualan
Perubahan penjualan
mengakibatkan perubahan harta dan utang jangka pendek, karena untuk memenuhi
kenaikan penjualan harus membutuhkan tambahan harta dan utang jangka pendek,
khususnya utang dagang. Kebutuhan dana untuk memenuhi tambahan penjualan itu
dapat dipenuhi dari dalam dan dari luar perusahaan, jika kenaikan kecil,
kemungkinan tambahan dana dapat dipenuhi dari dalam perusahaan, dan jika
kenaikan penjualan besar, pada umumnya tambahan dana duipenuhi dari luar
perusahaan (dari tambahan modal sendiri atau dari utang jangka panjang).
Tambahan dana akibat kenaikan penjualan.
d.
Ramalan
Laba Operasi
Setelah unit penjualan dan
harga diramal dan biaya diklasifikasikan menjadi biaya tetap dan biaya
variabel, kemudian dibuat peramalan laba, dalam
berbagai kondisi ekonomi.
BAB VIII
PERENCANAAN KEUANGAN
Perencanaan keuangan suatu
perusahaan pada umumnya disajikan dengan model : (1) anggaran, (2) titik impas,
(3) tingkat leverage operasi, dan (4) return on
investment atau ROI
ü Anggaran
Hasil peramalan keuangan tabel 8.3 (mengenai ramalan
unit penjualan tahun keenam sebesar 906 unit), tabel 8.4 (mengenai ramalan
harga jual Rp 9.125 per unit dan tabel 8.7 (mengenai biaya variabel Rp 2.375
dan biaya tetap total Rp 5.181) pada bab
8, dapat disusun anggaran rugi laba tahun ke 6 sebagai berikut :
q Sales 906 unit @ Rp 9.125 Rp
8.267
q Variable cost 906 unit @ Rp 2.375 Rp
2.152
q Marjin kontribusi Rp
6.115
q Biaya tetap Rp 5.181
q Laba operasi Rp 934
Anggaran
diatas adalah lazim disebut anggaran statis, karena hanya pada satu titik
penjualan yaitu 906 unit penjualan. Dengan menjual pada jumlah tersebut, perusahaan
direncanakan akan mendapatkan laba operasional Rp 934. Manajemen akan sangat
mudah membuat perencanaan keuangan jika biaya operasi diklasifikasikan kedalam
biaya variabel dan biaya tetap. Model klasifikasi biaya operasi tersebut telah
dijelaskan dalam peramalan keuangan dengan model titik terendah tertinggi atau
model least squeres. Yang paling mudah adalah menggunakan model titik
terendah tertinggi, tetapi tingkat akurasinya rendah. Model anggaran operasi
diatas sangat sederhana dan mudah dipraktikan dan mudah dipahami bagi setiap
level manajer. Oleh sebab itu, diharapkan semua level manajer harus mengetahui
dan memahami perilaku biaya dan tekhnik penyajian anggaran laba.
Mengenai
total biaya tetap sebesar Rp 5.181 itu adalah biaya tetap pada jarak penjualan
tertentu (relevant range) 0 sampai dengan 1.000 unit. Jika penjualan
diatas 1.000 unit besarnya biaya tetap akan meningkat. Jika manajemen membuat
perencanaan laba pada penjualan diatas 1.000 unit, maka total biaya tetap
diatas Rp 5.181, misal Rp 6.000. Perhitungan laba rugi pada tahun tingkat
penjualan 1.000 adalah sebesar 1.000 x (9.125 - 2.375) – Rp 6.000 = Rp750
Dengan data
diatas, manajemen dapat menyusun anggaran diberbagai alternatif titik kegiatan,
yang lazim disebut anggaran fleksible. Berikut ini dalam tabel 9.1 disajikan
bentuk anggaran fleksible.
ü Analisis Pulang Pokok (Titik Impas)
- analisis pulang pokok merupakan model perencanaan dan pengendalian keuangan dasar. Hubungan antara besarnya pengeluaran investasi dan volume yang diperlukan untuk mencapai profitabilitas disebut analisis pulang pokok (break even analysis) atau perencanaan laba. Analisis pulang pokok merupakan alat untuk menentukan titik dimana penjualan akan impas menutup biaya-biaya.
- Dalam analisa model pulang pokok biaya-biaya harus dibedakan biaya variabel dan biaya tetap, seperti disajikan dalam perhitungan diatas.
- Titik impas dapat disajikan dalam perhitungan berikut ini.
Perhitungan titik impas :
FC = 5.181
= 768 unit 768 x
Rp 9.125 = Rp 7.008
CMPU (9.125 – 2.375)
Penjualan 768 unit @ Rp 9125 = Rp 7.008
Biaya variabel 768 unit @ Rp 2.375 = Rp 1.824
Marjin kontribusi =
Rp 5.184
Biaya tetap =
Rp 5.181
Laba operasi (akibat pembulatan) = Rp 3
ü Margin Of Safety
Jika penjualan nyata (direncanakan)
750 unit, dapat dihitung margin of safety atau tingkat keamanan
penjualan terhadap kerugian, yaitu bahwa dengan penjualan nyata 750 unit
perusahaan menderita kerugian Rp 118 (lihat perhitungan diatas), maka margin
of safety=
Sales aktual – Sales BEP = (750 – 768) = - 2,4 %
Sales aktual 750
Jika penjualan nyata (direncanakan)
936 unit, dapat dihitung margin of safety atau tingkat keamanan
penjualan terhadap kerugian, yaitu bahwa dengan penjualan nyata 750 unit
perusahaan menderita kerugian Rp 118 (lihat perhitungan diatas), maka margin
of safety =
Sales aktual – Sales BEP = (936 - 768) = 17,95 %
Sales aktual 936
ü Tingkat Leverage Operasi
Tingkat leverage operasi (degree of operating
leverage) ialah sejauh mana pengaruh biaya tetap terhadap perubahan penjualan
dan laba. Pada contoh diatas, pada penjualan 906 unit, tingkat leverage
operasi dapat dihitung :
Marjin Kontribusi = Tingkat Leverage Operasi
Laba operasi
Sales 906 unit @ Rp 9.125 Rp 8.267
Variable cost 906 unit @ Rp 2.375 Rp 2.152
Marjin kontribusi Rp
6.115
Biaya tetap Rp
5.181
Laba operasi Rp
934
Tingkat leverage operasi = 6.115/934
= 6.547 X. Hasil sebesar itu diakibatkan karena biaya tetap tinggi sehingga
laba operasi kecil. Jika
biaya tetap kecil, maka tingkat leverage operasi akan kecil, dan pengaruh
perubahan penjualan akan kecil terhadap perubahan laba. Biaya tetap mempunyai
pengaruh besar terhadap laba operasi. Biaya tetap merupakan manifestasi dari
peralatan bisnis yang memiliki tiga alternatif, yaitu :
1.
Jika peralatan bisnis (fixed assets) modern,
maka biaya tetapnya tinggi, dan tingkat leverage operasinya tinggi
- Jika peralatan bisnis (fixed assets) sedang (tidak terlalu canggih dan tidak terlalu saderhana) maka biaya tetapnya sedang, dan tingkat leverage operasinya sedang
- Jika peralatan bisnis (fixed assets) sederhana, maka biaya tetapnya rendah, dan tingkat leverage operasinya rendah
ü Return On Investment (Roi)
ROI pada umumnya digunakan untuk membuat perencanaan
keuangan perusahaan konglemerasi atau perusahaan multinasional, karena mereka
memiliki cabang di seluruh dunia, atau memiliki banyak anak-anak perusahaan.
Ada dua versi ROI, yaitu :
1) Rasio laba operasi terhadap total
investasi
2)
Rasio laba bersih terhadap
total investasi
Pada versi pertama, digunakan untuk jika manajer anak
perusahaan sebagai pusat investasi (invesment center), di mana seluruh
investasi dibiayai oleh induk perusahaan, sehingga ia tidak berhak menggunakan
pembiayaan kredit jangka panjang untuk membiayai investasinya. Sedangkan pada versi kedua, di mana manajer
anak perusahaan memiliki hak untuk membiayai investasi dengan kredit jangka
panjang.
ROI hakikatnya adalah perpaduan dua unsur kemampuan
manajemen yaitu : (1) kemampuan manajemen memperoleh laba operasi atau laba
bersih, dan (2) kemampuan manajemen menggunakan harta yang sekecil-kecilnya
untuk memperoleh hasil penjualan sebesar-besarnya. Atau dengan bahasa lain, ROI
adalah perwujudan kemampuan manajemen dalam : (1) efisiensi biaya, dan (2)
meluaskan pangsa pasar. Rumus ROI dapat disajikan berikut ini :
ROI = Laba
operasi x Penjualan
Penjualan total investasi
Model ROI dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi model
ROE, yaitu menambahkan faktor penggunaan model dari pihak ketiga atau faktor
leverage yaitu total harta atau total investasi dibagi total modal sendiri. Persamaan diatas dapat dikembangkan
sebagai berikut:
ROE = laba bersih x penjualan x total
investasi
Penjualan total
investasi total modal sendiri
Laba bersih dibagi penjualan
menunjukkan kemampuan manajemen memperoleh laba bersih untuk meningkatkan
kekayaan pemilik perusahaan; penjualan dibagi total investasi menunjukkan
kemampuan manajemen mengelola harta perusahaan untuk memperoleh pendapatan atas
penjualan barang atau jasa yang dihasilkan; dan total investasi dibagi modal
sendiri menunjukkan kemampuan manajemen untuk menggunakan modal dari pihak
ketiga untuk memaksimumkan kekayaan pemilik perusahaan.
BAB IX
MANAJEMEN KAS
Kas merupakan awal dari
investasi dan operasi dari suatu perusahaan. Kas terdiri dari mata uang (currency),
giro, dan rekening koran di bank (bank deposits). Perusahaan atau
perseorangan menyimpan uang tunai (kas) untuk motif transaksi, motif
pencegahan, dan motif spekulatif. Suatu perusahaan harus memiliki uang kas yang
cukup dengan alasan untuk : (1) memperoleh potongan harga pada saat membeli
bahan baku atau peralatan, (2) menjaga rasio cair (acid test ratio) agar
tetap memperoleh kepercayaan dari kreditur (3) menangkap peluang bisnis
sewaktu-waktu (4) mengantisipasi keadaan darurat seperti pemogokan, persaingan,
dan sebagainya.
Suatu perusahaan harus
memiliki anggaran kas untuk menjaga posisi likuiditas dan untuk mengetahui
defisit atau surplus kas. Anggaran kas ialah estimasi posisi kas periode
tertentu dimasa mendatang tentang penerimaan kas dan tentang pengeluaran kas.
Penerimaan kas itu pada umumnya dari modal pemilik, utang, penjualan tunai,
penerimaan piutang, penjualan aktiva tetap, dan lain-lain. Sedangkan
pengeluaran kas itu pada umumnya untuk pembelian aktiva tetap, pembelian bahan
baku, pembayaran upah tenaga kerja langsung, pembayaran biaya tidak langsung
pabrik, pembayaran biaya pemasaran, pembayaran biaya umum, dan administrasi,
pembayaran bunga, pembayaran deviden, pembayaran jasa produksi, pembayaran
premi asuransi, pembayaran pajak, dan pengeluaran lain-lain.
Perusahaan yang memiliki
kelebihan kas dapat dibelikan surat-surat berharga(efek atau marketable
securities atau temporary investment) yaitu obligasi, saham biasa,dan saham
preferen. Pemberian efek dilakukan untuk tujuan menjaga likuiditas (karena
hakikatnya efek tersebut adalah uang tunai, artinya mudah dijual di pasar
bursa) dan untuk tujuan investasi sementara untuk memperoleh keuntungan atas
dasar pembedaan harga jual dan harga beli. Investasi pada efek yang jangka
panjang yang semata-mata bertujuan untuk memperoleh keuntungan disebut “permanent
investment” atau “investment” yang dikelompokkan dalam harga tetap.
Dalam usaha meluaskan pasar,
pada umumnya perusahaan menjual hasil produksinya secara kredit yang melahirkan
piutang. Kemudian diadakan penagihan untuk kembali menjadi uang tunai. Siklus
kas perusahaan adalah :
Kas persediaan piutang kas
Pengeluaran kas untuk
persediaan itu meliputi persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses,
dan persediaan barang jadi. Makin tinggi ketiga nilai persediaan berarti makin
besar kas tertanam kepadanya. Besarnya investasi dalam piutang ditentukan oleh
: (1) voleme penjualan kredit, (2) syarat pembayaran kredit, (3) ketentuaan
tentang pembatasan kredit, (4) kebijakan pengumpulan piutang, (5) kebiasaan dan
karakter pelanggan. Pertimbangan pemberian kredit didasarkan pada : (1) character,
yaitu karakter para manajemen, (2) cavacity yitu kemampuan atau
kesanggupan membayar, (3) capital, yaitu kondisi posisi keuangan, (4) collateral
yaitu besarnya harta pelanggan, dan (5) condition, yaitu kondisi
ekonomi, sosial, politik, dan bisnis.
Pemberian kredit kepada
pelanggan ditentukan oleh hasil penelitian dan analisis kondisi likuiditas,
rentabilitas, dan soliditas pelanggan (soliditas moral, komersial, finansial). Ketiga unsur tersebut yang terpenting adalah unsur soliditas atau
kepercayaan. Untuk menjaga
kepercayaan dari luar dan dari dalam perusahaan, manajer keuangan harus membuat
anggaran kas.
A. ALIRAN KAS
Kas suatu perusahaan harus
dikelola dengan baik. Sebab, ia merupakan jantung yang menggerakkan semua
kegiatan, khususnya kegiatan operasi rutin. Suatu perusahaan yang kekurangan
kas akan kehilangan kepercayaan dari luar dan dari dalam perusahaan. Pihak luar
akan tidak percaya bila tagihannya tidak dibayar tepat waktu, dan pihak dalam
terutama buruh akan tidak percaya bila upahnya tidak dibayar tepat waktu.
Jika perusahaan kehilangan
kepercayaan dari buruhnya dan pemasoknya (krediturnya) perusahaan tersebut
lambat laun akan bangkrut. Buruh mulai tidak loyal dan tidak produktif; pemasok
dan kreditur mulai tidak mengadakan transaksi bisnis dengan baik. Akibatnya,
produk berkualitas renadh dan sulit masuk pasar. Kebangkrutan menunggunya. Oleh
sebab itu, kas harus dikelola dengan baik, jujur, hati-hati, dan profesional.
B. KEUNTUNGAN MEMILIKI KAS YANG CUKUP
Perusahaan yang memilki kas yang cukup adalah perusahaan yang
memilki reputasi bisnis yang baik, karena semua transaksi dan utang-utangnya
dapat dibayar tepat pada waktunya. Disamping itu, perusahaantersebut dapat
memperoleh keuntungan dari pembelian bahan baku atau barang dagangannya karena
dapat melakukan pembelian tunai dengan memperoleh diskon. Misal, term of trade
2/10, net 30, jika debitur membayar dalam waktu 30 hari, maka ia tidak
memperoleh diskon, dan jika debitur membayar 10 hari dari tanggal pembelian,
maka ia akan memperoleh diskon 2%. Berdasar data itu dapat dihitung besarnya
biaya modal jika perusahaan tidak mengambil diskon adalah sebagai berikut:
Biaya = Persen diskon x 365
100
dikurangi persen diskon perluasan
terakhir dikurangi persen diskon
Biaya = 2 x 365
100 dikurangi 2 30
dikurangi 10
= 0,0204 x 18,25
= 0,3723
= 37,23%
Itu menunjukkan bahwa
sesungguhnya besarnya bunga tahunan sebesar 37%. Jika perusahaan tidak mengambil
potongan tunai atau cash discount, ia ia kehilangan ia menanggung bunga 37,23%
per tahun. Manajemen keuangan
yang profesional dapat dipastikan ia akan mengambil potongan tunai. Jika kasnya
tidak cukup, ia dapat mengambil kredit dari bank untuk membeli tunai. Jika
besarnya bunga kredit dibawah 37,23%, ia akan mengambil kredit, dan jika
besarnya bunga kredit diatas 37,23%, ia bersedia kehilangan potongan tunai,
artinya ia akan membayar utang dagangnya dalam waktu 30 hari dari tanggal
pembelian.
Misalnya dalam satu tahun
jumlah pembelian Rp 1.000 bunga kredit bank 20% per tahun. Perusahaan akan
mengambil potongan tunai atas pembeliannya, dan ia akan memperoleh keuntungan
walaupun pembeliannya itu dibayar dengan kredit dari bank. Teknik
perhitungannya :
Potongan pembelian 37,23% x Rp 1.000 = Rp 373,20
Pembayaran bunga bank 20% x Rp
1.000 = Rp 200,00
Keuntungan atas pembelian
tunai = Rp 173,20
Perusahaan yang memilki posisi
kas kuat, ia memiliki kekuatan tawar tinggi kepada pemasok; ia dapat tawar
menawar besarnya potongan tunai; ia dapat memilih pemasok yang baik. Disamping
itu, ia memiliki reputasi terhormat karena dapat memenuhi semua kewajibannya
tepat waktunya.
C.
ANGGARAN KAS
Anggaran kas adalah perhitungan arus kas masuk dan arus
kas keluar dalam periode yang ditentukan oleh penjualan tunai, piutang,
pinjaman, pembelian bahan, upah buruh, baiaya overhead pabrik, biaya pemasaran,
biaya umum dan adminitrasi, beban bunga dan anggsuran pinjaman, pajak
perseroan, dan pembayaran dividen.
BAB X
MANAJEMEN PIUTANG
Pada umumnya perusahaan menjual hasil produksinya secara
kredit, kemudian melahirkan piutang dagang; penagihan piutang melahirkan kas. Hubungan antara piutang dengan kas adalah
sebagai berikut:
Kas Persediaan Barang Jadi Piutang Kas
Besarnya investasi dalam piutang
ditentukan oleh: (1)volume penjualan kredit, (2)syarat pembayaran kredit, makin
longgar atau makin lunak syarat kredit makin besar piutang dagang, (3)kemampuan
mengumpulakan atau menagih piutang, (4)karakter pengutang atau debitur.
Pertimbangan pemberian kredit didasarkan
pada: (1)character, yaitu karakter
para manajemen perusahaan pengutang, (2)capacity,
yaitu kemampuannya atau kesanggupan membayar perusahaan pengutang, (3)capital, yaitu kondisi posisi keuangan
perusahaan pengutang,(4)collateral,
yaitu harta perusahaan pengutang yang dijadikan jaminan,(5)condition, yaitu kondisi ekonomi, sosial, politik, dan bisnis.
Tetapi sebenarnya pemberian kredit dalam dunia bisnis adalah kepercayaan. Jika
perusahaan kehilangan kepercayaan dari partner bisnisnya, ia kehilangna
kesempatan berbisnis.
1. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
Piutang sebagai unsur modal kerja dalam kondisi berputar, yaitu dari kas,
proses komoditi, penjualan, piutang, kembali ke kas. Makin cepat perputaran piutang makin
baik kondisi keuangan perusahaan. Perputaran piutang (receivable turnover) dapat disajikan dengan perhitungan: penjualan
bersih secara kredit dibagi rata-rata piutang. Kemudian 360 hari dibagi
perputaran piutang menghasilkan hari rata-rata pengumpulan piutang (average
collection period of accounts receivable). Pernyataan itu dapat disajikan dalam
bentuk rumus sebagai berikut:
Penjualan Bersih
Perputaran piutang = =
.…. X
Rata-Rata Piutang
360 hari
Rata-Rata Pengumpulan Piutang = =
…… hari
Perputaran Piutang
Misalnya PT ABC memiliki
informasi mengenai penjualan tahun 2000 sebesar Rp 200 dan tahun 2001 sebesar Rp
180; piutang awal tahun 2001 Rp 40 dan akhir tahun Rp 60, sedangkan piutang
awal tahun 2001 Rp 50 dan akhir tahun Rp 30. Perputaran
piutang dan rata-rata pengumpulan piutang dapat disajikan dalam tabel 11.1.
2. Pengendalian Piutang
Perputaran piutang harus dikendalikan dengan menyusun tabel umur piutang (aging schedule of receivables), di mana
dalam tabel tersebut dapat diketahui jumlah piutang yang segera dapat ditagih
dan yang lambat ditagih, dan dapat diketahui pengutang atau debitur yang baik
dan yang buruk.
Mengelola arus kas masuk dan keluar adalah salah satu tugas pokok bagian
keuangan karena semua transaksi bisnis bermuara ke dalam kas. Manajer keuangan
pada umumnya mengharapkan penjualan dapat dilakukan dengan tunai, atau kredit
dengan waktu yang sesingkat-singkatnya, agar supaya arus kas masuk cepat. Untuk
mengelola keuangan perusahaan yang baik, manajer keuangan harus menyusun
anggaran pengumpulan piutang yang akan digunakan untuk mengendalikan piutang.
Makin panjang umur piutangnya, makin buruk kondisi perusahaan karena makin lama
piutang tersebut menjadi uang tunai (kas).
BAB XI
MANAJEMEN PERSEDIAAN
Kegiatan bisnis yang
memerlukan manajemen persediaan adalah bidang industri manufaktur dan
perdagangan. Dalam industri manufaktur, persediaan terdiri dari: (1)persediaan
bahan baku, (2)persediaan barang dalam proses, (3)persediaan barang jadi,
dan (4)persediaan bahan pembantu.
Sedangkan dalam perusahaan dagang yang dimaksud persediaan adalah persediaan
barang dagangan.
Dalam perusahaan industri
manufaktur, bahan baku diproses menjadi barang jadi, kemudian dijual. Proses
ini memerlukan waktu panjang sehingga modal yang diinvestasikan dalam
persediaan cukup besar dan perputarannya relatif lambat. Kondisi yang demikian
manajemen persediaan harus mendapatkan perhatian manajemen yang sangat serius.
Kelebihan persediaan akan mengakibatkan pemborosan penggunaan modal, sedangkan
kekurangan persediaan proses produksi bisa terganggu. Mengelola persediaan
dalam perusahaan industri manufaktur relatif lebih sulit dibanding dengan
mengelola persediaan dalam perusahaan dagang. Dalam perusahaan dagang,
persediaan barang dagangan dibeli untuk dijual; waktu yang dibutuhkan relatif
pendek, sehingga modal yang digunakan berputar relatif cepat.
Manajemen persediaan dalam
perusahaan industri manufaktur dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu model Economic Order Quantity atau EOQ dan
Tepat Waktu atau Just in Time (JIT).
Penggunaan model tersebut tergantung pada kebijakan manajemen terhadap pemasok.
Jika pemasok diperlukan sebagai pesaing, yaitu mencari pemasok yang paling
murah dapat menyediakan bahan baku, maka model EOQ lazim digunakan. Tetapi jika
pemasok diperlakukan sebagai partner bisnis yang setia dan dinyatakan satu
kesatuan dalam proses produksi, maka model JIT lazim digunakan.
1.
Model Economic Order Quantity (EOQ)
Pada umumnya perusahaan
menggunakan cara tradisional dalam mengelola persediaan, yaitu dengan cara
memiliki persediaan minimal untuk mendukung kelancaran proses produksi. Di
samping itu, perusahaan juga memperhitungkan biaya persediaan yang paling
ekonomis yang dikenal dengan istilah Economic
Order Quantity atau EOQ. EOQ akan menjawab pertanyaan berapa banyak
kualitas bahan baku yang harus dipesan dan berapa biayanya yang paling murah
atau paling ekonomis.
2.
Biaya Kehabisan Persediaan
Perusahaan takut bila terjadi
kehabisan persediaan,. Bila perusahaan kehabisan persediaan maka akan
melibatkan analisis empat faktor yaitu: (1) siklus persediaan per tahun, (2)
unit kehabisan persediaan, (3) kemungkinan kehabisan persediaan, dan (4) biaya
kehabisan persediaan per unit. Multiplier dari keempat faktor tersebut disebut
biaya kehabisan persediaan. Dengan demikian, biaya kehabisan persediaan dapat
disajikan dengan perhitungan:
Ø Biaya kehabisan = (siklus persediaan per
tahun x unit kehabisan persediaan x kemungkinan kehabisan persediaan x biaya
kehabisan persediaan per unit)
Ø Siklus persediaan per tahun = (kebutuhan
bahan baku per tahun / EOQ)
Ø Unit kehabisan persediaan = (pemakaian
bahan baku harian atau mingguan – unit bahan baku tenggang waktu atau lead
time)
Ø Kemungkinan kehabisan persediaan adalah
probabilitas atas pemakain bahan baku harian
Ø Biaya kehabisan persediaan ditentukan oleh
pengalaman dan pengetahuan manajer pembelian
Ø Pada tabel ilustrasi diatas menunjukkan
bahwa kebutuhan bahan selama satu tahun 1.200 unit, EOQ 300 unit, selama satu
tahun dilakukan pesanan 4X atau setiap 3 bulan atau 12 minggu; kebutuhan bahan
per minggu (300 unit / 12 minggu) = 25 unit. Waktu tunggu datangnya pesanan 6
minggu atau (6 x 25 unit) = 150 unit, dan penggunaan maksimum per minggu 30
unit atau (6 x 30 unit) = 180 unit, maka kehabisan persediaan dalam unit adalah
180 unit dikurangi 150 unit sama dengan 30 unit. Jika
diketahui bahwa kemungkinan distribusi pemakaian mingguan adalah:
Pemakaian
Mingguan
Kemungkinan
|
30 0,2
25 0,5
20 0,2
10 0,1
|
Manajer
produksi menetapkan kemungkinan pemakaian harian 0,2 dan biaya kehabisan
persediaan per unit Rp 2,083. Berdasarkan informasi yang tersedia itu dapat
dihitung biaya kehabisan persediaan:
(4 x 30 x 0,2 x Rp2,083) = Rp
50.
Kemudian
dapat dihitung besarnya persediaan pengaman dalam unit dengan rumus: (biaya
kehabisan persediaan = biaya memiliki persediaan-persediaan pengaman). Biaya
memiliki persediaan pengaman adalah biaya penyimpangan (carrying costs) kali
harga bahan kali unit persediaan pengaman: (40% x Rp 1 x X) = Rp 0,4X. Besarnya
unit persediaan pengaman: (Rp 50 = Rp 0,4X), jadi X atau unit persediaan
pengaman = 125 unit.
Keunggulan Model EOQ:
1) Dapat dijadikan dasar penukaran (trade off) antara biaya penyimpanan
dengan biaya persiapan atau biaya pemesanan (setup cost).
2) Dapat mengatasi ketidakpastian penggunaan
persediaan pengaman atau persediaan besi (safety
stock).
3) Mudah diaplikasikan pada proses produksi
yang outputnya telah memiliki standar tertentu dan diproduksi secara massal.
4) Lazim digunakan pada rumah sakit, yaitu
pada persediaan obat. Jika ada pasien yang sakit mendadak dan perlu obat
segera, apotek rumah sakit dapat melayani dengan cepat.
Kelemahan Model EOQ:
Hakikatnya model EOQ adalah
model yang menempatkan pemasok sebagai mitra bisnis sementara karena paradigma
untung-rugi diterapkan pada mereka, sehingga penggunaan model ini terjadi
berganti-ganti pemasok, dan hal ini dapat mengganggu proses produksi.
3.
Pengawasan Persediaan
Hakikat dari pengawasan
persediaan barang adalah mulai bahan baku dipesan sampai produk jadi digunakan
oleh konsumen, yang terdiri dari pengawasan fisik, nilai, dan biaya. Pengawasan
barang meliputi pengawasan bahan baku, bahan pembantu, barang dalam proses, dan
pengawasan barang jadi. Pengawasan bahan baku dan bahan pembantu dimulai dari
bahan dipesan sampai dengan permintaan pemakaian bahan dalam proses produksi;
pengawasan itu meliputi fisik (jumlah unit, kerusakan, keuangan, kehilangan,
dan tingkat perputaran), biayanya, dan nilainya dala bentuk satuan uang.
Pengawasan barang dalam proses
meliputi produk cacat, produk rusak, produk hilang dalam proses produksi.
Sedangkan pengawasan barang jadi meliputi rencana penjualan, jadwal pengiriman,
dan pelayanan purna jual. Keempat jenis barang itu (bahan baku, bahan pembantu,
barang dalam proses, dan barang jadi) jumlah persediaannya secara fisik harus
dikendalikan, agar tidak terjadi kekurangan dan kelebihan. Kekurangan
persediaan bahan baku dan bahan pemabantu dapat mengakibatkan proses produksi
terganggu, dan kekurangan persediaan barang jadi akan mengakibatkan kesulitan
memenuhi permintaan konsumen. Sebaliknya jika terjadi kelebihan persediaan,
dapat mengakibatkan modal yang ditanamkan dalam persediaan tersebut besar, dan
biaya modalnya besar.
4.
Model Tepat Pada Waktu (Just In Time Atau
JIT)
Model JIT adalah model yang
menempatkan pemasok sebagai mitra bisnis sejati; mereka dididik, dibina, dan
diperlakukan sebagai bagian dari perusahaan yang dipasok bahan bakunya.
Pengertian JIT adalah persediaan dengan nilai nol atau mendekati nol, artinya
perusahaan tidak menanggung biaya persediaan. Bahan baku akan tepat datang pada
saat dibutuhakan. Model yang demikian tentu saja pemasoknya adalah pemasok yang
setia dan profesional. Dengan model ini terjadi efisiensi biaya persediaan
bahan baku.
Dalam hubungannya dengan
barang jadi (finished goods) model
JIT juga diterapkan, dimana perusahaan hanya memproduksi sesuai dengan pesanan
sehingga ia tidak mempnyai persediaan barang jadi. Dampaknya adalah penghematan
biaya persediaan barang jadi. Model ini dapat diterapkan jika semua pihak yang
terlibat dalam proses produk mulai dari pemasok sampai ke pelanggan memiliki
motivasi kuat dalam pengendalian dan peningkatan kualitas berkelanjutan.
JIT bertujuan mengubah budaya
perusahaan, yaitu usaha menjadi organisasi terbaik dari atas ke bawah; setiap
orang adalah pakar bagi pekerjaannya sendiri dengan mengendalikan berpikir kolektif dan kreatif.
Hakikatnya, JIT adalah peningkatan proses untuk menghindari masalah kronis,
yaitu masalah yang ditimbulkan dari pemasok bahan baku yang mengakibatkan
kerugian; masalah ini sulit diidentifikasi dan umunya dibiarkan, maka menjadi
penyakit kronis yang sulit diobati. Hubungan kerja sama jangka panjang dengan
pemasok harus dibina, pemasok tidak boleh dieksploitir demi keuntungan sesaat.
Prinsip dasar JIT adalah bahwa
perusahaan tidak memiliki persediaan besi (safety
stock). Dengan tidak memiliki safety
stock, perusahaan dapat menghemat biaya persediaan. Dalam model ini pemasok
menjadi mitra sejati yang loyal dan profesional karena setiap saat bahan baku
diperlukan untuk proses produksi, pada saat itu pula bahan baku harus sudah ada
di tempat proses produksi.
Motivasi semua pihak yang
demikian itu hanya bisa terjadi bila mereka berpikir kritis dialektik, artinya
setiap akibat harus dicari sebabnya, dan setiap obyek dicari saling hubungannya
dengan obyek yang lainnya. Ishikawa menemukan teori untuk menelusuri sebab yang
dapat menggunakan “Ishikawa Tulang Ikan”. Ia menjelaskan bahwa setiap kegagalan
pasti ada sebabnya, dan penyebab itu dapat ditelusuri dari tujuh aspek yaitu
aspek:
Ø Tenaga manusia, kurang latihan, kurang
pengetahuan, dan ketrampilan sehingga produktifitas rendah dan kualitas output
rendah.
Ø Metode kerja, tanpa petunjuk kerja yang
jelas sehingga pekerja (buruh) bekerja tidak mengikuti aturan.
Ø Peralatan, kurang perawatan, aus, dan
teknologi sudah usang.
Ø Material, salah menentukan spesifikasi:
kualitas dan jenis
Ø Lingkungan, kondisi kerja yang kurang
menyenangkan atau kondisi kerja yang buruk yang mengakibatkan pekerja (buruh)
tidak memiliki motivasi kerja.
Ø Pengukuran, kurang tepat mengadakan
pengukuran hasil kerja.
Ø Kepemimpinan, gaya yang otokratik sehingga
pekerja (buruh) tidak menghargai pemimpinnya (manajernya).
Jika salah satu dari tujuh
aspek rusak, maka outputnya rusak, apalagi ketujuh aspek tersebut rusak semua.
Setiap kesalahan atau kegagalan harus diperbaikki secara terus menerus agar
produktifitas kerja dapat ditingkatkan, mutu dapat ditingkatkan, dan nilai
persediaan dapat dikurangi. Di samping itu, perbaikan secara terus menerus juga
dapat meningkatkan rancangan produk, perbaikan proses produksi, perbaikan
distribusi, perbaikan promosi, perbaikan harga, dan perbaikan layanan purna
jual. Hubungan input dengan output berdasarkan gambar Ishikawa Tulang Ikan
disajikan dalam gambar 12.3.
Gambar 12.3.
Ishikawa Tulang Ikan (dilengkapi)
Keunggulan JIT
Keunggulan JIT antara lain adalah:
Ø Menghilangkan pemborosan dengan cara memproduksi suatu produk hanya
dalam kuantitas yang diminta pelanggan.
Ø Dampak persediaan, persediaan kecil, mungkin nol.
Ø Tata letak pabrik, dikelompokkan satu
macam produk, atau sistem sel.
Ø Pengelompokkan karyawan, dalam satu jenis
produk.
Ø Pemberdayaan karyawan, dilatih dan dididik
terus menerus menyesuaikan dengan perubahan alat kerja dan metode kerja.
Ø Pengendalian mutu total, semua orang bertanggung jawab terhadap mutu
produk.
Kritik terhadap
JIT
Kritik terhadap JIT anatara
lain:
ü Sulit suatu perusahaan yang memproduksi
secara massal hanya melayani pesanan pelanggan saja, misalnya pabrik gula,
kopi, sabun dan sebagainya, dan hanya memproduksi satu jenis produk.
ü Dalam industri sulit sekali suatu tidak
memiliki persediaan, khususnya yang bahan bakunya impor.
ü Sulit dilakukan oleh pabrik-pabrik pada
umumnya yang hanya memproduksi satu macam komoditi dengan teknologi khusus.
ü Menempatkan karyawan pada keahlian khusus
pada satu jenis produk tidak mudah, dan mungkin biayanya mahal.
ü Pada umumnya perusahaan disibukkan oleh
kegiatan rutin memproduksi komoditi terus menerus tanpa menghiraukan
peningkatan ketrampilan dan pengetahuan karyawan; mereka lebih suka membajak
karyawan lain yang sudah ahli sehingga tidak perlu mendidik dan melatih;
teknologi dan metode kerja tidak begitu mudah diganti.
ü Karyawan pada umumnya bekerja atas dasar
upah; mereka bekerja bukan ingin merealisasikan bakat dan pengetahuannya tetapi
mencari upah, jadi mereka pada umumnya kurang peduli terhadap mutu produk.
BAB XII
MANAJEMEN MODAL KERJA
Modal kerja adalah investasi
dalam harta jangka pendek atau investasi dalam harta lancar (current assets). Modal kerja dapat
dikategorikan menjadi dua yaitu modal kerja kotor (gross working capital) dan modal kerja bersih (net working capital). Modal kerja kotor adalah jumlah harta lancar,
dan modal kerja bersih adalah jumlah harta lancar dikurangi jumlah utang lancar
(current liabilities). Manajemen
modal kerja mengelola harta lancar dan utang lancar agar harta lancar selalu
lebih besar daripada utang lancar.
Salah satu tugas manajer
keuangan adalah mengelola harta lancar untuk membiayai kegiatan bisnis dan
untuk membayar utang yang jatuh tempo. Oleh sebab itu, harta lancar itu harus
dibiayai dengan utang jangka pendek atau utang jangka panjang. Di Negara-negara
maju, bunga utang jangka pendek lebih murah daripada bunga utang jangka
panjang. Hal itu disebabkan resiko pengembalian utang jangka pendek lebih kecil
daripada utang jangka panjang , dan penawaran modal cukup besar; manajer
keuangan pada umumnya cenderung memilih membiayai harta lancar dengan utang
jangka pendek. Tetapi di Negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia,
bunga utang jangka pendek lebih mahal daripada utang jangka panjang, karena
penawaran modal relatif kecil dan untuk memperoleh modal secara cepat sulit
dipenuhi, oleh sebab itu manajer keuangan pada umunya cenderung memilih
membiayai harta lancar dengan utang jangka panjang.
Modal kerja dalam hal ini
adalah modal kerja bersih, berubah mengikuti transaksi bisnis, khususnya
tingkat penjualan. Manajemen pada umumnya mengambil kebijakan modal kerja
agresif, moderat, konservatif, tergantung keberaniannya mengamnbil resiko
bisnis. Kesalahan dalam mengelola modal kerja mengakibatkan hilangnya
kepercayaan internal dan eksternal. Kepercayaan internal adalah kepercayaan
dari pegawai dan buruh, yang disebabkan karena gaji dan upah tidak dibayar
tepat waktu. Sedangkan kepercayaan eksternal adalah kepercayaan dari partner
bisnis khususnya kreditur, yang disebabkan karena utang yang jatuh tempo tidak
dibayar tepat waktu. Jika suatu perusahaan kehilangan dua kepercayaan tersebut
dapat dipastikan akan bangkrut.
1.
Pengertian Modal Kerja
Weston dan Copeland (1997:239) menjelaskan modal
kerja ialah analisis saling hubungan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar.
Modal kerja juga disebut manajemen keuangan jangka pendek. Dalam perspektif
yang luas, manajemen keuangan jangka pendek merupakan upaya perusahaan untuk
mengadakan penyesuaian keuangan terhadap perubahan jangka pendek; perusahaan
harus memberi tanggapan yang cepat dan efektif. Bidang keputusan ini sangat
penting karena sebagian besar waktu manajer keuanagn digunakan untuk
menganalisis setiap perubahan aktiva lancar dan utang lancar.
Gifman (1994:643) menjelaskan
bahwa modal kerja adalah jumlah harta lancar yang merupakan bagian dari
investasi yang bersirkulasi dari satu bentuk ke bentuk yang lain dalam suatu
kegiatan bisnis. Weston dan Brigham (1981:245) menjelaskan bahwa manjemen modal
kerja adalah investasi perusahaan dalam jangka pendek; kas, surat-surat
berharga (efek), piutang,, persediaan. Petty, Keown, Scott, dan Martin
(1993:532) menjelaskan bahwa secara tradisional modal kerja dapat didefinisikan
sebagai investasi perusahaan dalam harta lancar.
Manajemen modal kerja meliputi
administrasi harta lancar dan utang lancar, mempunyai fungsi utama yaitu; (1)
menyesuaikna tingkat volume penjualan dan penjualan musiman; di mana silklus
volume penjualan jangka pendek ini merupakan syarat untuk prospek jangka
panjang yang menguntungkan, (2) membantu perusahaan memaksimumkan nilainya
dengan cara menurunkan biaya modal dan menaikkan laba.
Modal kerja adalah investasi
perusahaan dalam jangka pendek: kas, surat-surat berharga (efek), piutang, dan
persediaan. Modal kerja dapat diklasifikasi menjadi empat pengertian, yaitu:
1)
Modal kerja kotor (gross
working capital) adalah jumlah harta lancar
perusahaan. Modal kerja ini merupakan kekuatan “semu” karena sebagian diperoleh
dari utang jangka pendek, maka ia dapat dikatakan sebagai modal kerja
tradisional atau modal kerja kuantitatif.
2)
Modal kerja bersih (net
working capital) adalah harta lancar dikurangi
utang lancar. Modal kerja ini merupakan kekuatan intern untuk menggerakan
kegiatan bisnis, yaitu untuk membiayai kegiatan operasi rutin dan untuk
membayar semua utang yang jatuh tempo. Ia dapat dikatakan sebagai modal kerja
kualitatif.
3)
Modal kerja fungsioal yaitu fungsinya
harta lancar dalam menghasilkan pendapatan saat ini (current income) yang terdiri dari kas persediaan, piutang sebesar
harga pokok penjualan dan penyusunan.
4)
Modal kerja potensial yang terdiri dari
efek (surat berharga yaitu saham dan obligasi yang mudah dipasarkan) dan
besarnya keuntungan yang termasuk dalam jumlah piutang.
Manajemen modal kerja meliputi
administrasi harta lancar dan utang lancar, mempunyai fungsi utama yakni:
1) Menyesuaikan perubahan tingkat volume
produksi dan penjualan; jumlah modal kerja sangat tergantung pada volume
kegiatan bisnis, makin tinggi kegiatan bisnis, makin besar modal kerja
dibutuhkan untuk membiayai kegitan tersebut.
2) Membantu memaksimumkan nilai perusahaan,
yaitu dengan cara memperkecil biaya modal untuk meningkatkan hasil (return).
Makin besar modal kerja diperoleh dari pinjaman jangka pendek tanpa bunga,
misalnya dari para pemasok, maka makin kecil dari sumber modal permanen, dan
dengan demikian akan menurunkan biaya modal.
Hakikatnya, modal kerja adalah
jumlah harta lancar yang merupakan bagian dari investasi yang bersirkulasi dari
satu bentuk ke bentuk yang lain dalam suatu kegiatan bisnis, yaitu dari kas
berputar ke biaya material, upah buruh, biaya overhead pabrik biaya pemasaran,
biaya umum, persediaan, penjualan, piutang, dan akhirnya kembali ke kas.
Perputaran tersebut harus cepat agar supaya dapat meningkatkan pendapatan atas
penjualan dan laba.
2.
Perkembangan Modal Kerja
Dunia bisnis dimulai dari
zaman agraris atau zaman feodalisme, di mana bidang pertanian merupakan unsur
pokok penunjang kegiatan bisnis. Bidang pertanian merupakan pemasok bahan baku
industri, oleh sebab itu hubungan antara industri dengan pertanian sangat erat
sekali. Hubungan itu dijembatani dengan tersedianya modal kerja untuk membeli
produk pertanian yang ditentukan oleh faktor musim, kemudian mengolahnya
menjadi komoditi manufaktur dan menjualnya; siklusnya dalam kurun waktu satu
tahun. Oleh sebab itu, kebutuhan modal kerja pada umumnya dipenuhi dengan utang
jangka pendek. Gambar 13.1 menggambarkan hubungan harta tetap dengan modal
kerja (harta lancar).
Gambar 12.1
Hubungan antara Harta Tetap dengan Modal Kerja (Harta Lancar)
Gambar 13.1 menunjukkan bahwa
pada hakikatnya modal kerja tidak akan sampai ke titik nol. Itu berarti bahwa
sebagian modal kerja dibiayai oleh utang jangka panjang yang akan digunakan
untuk membiayai administrasi bisnis sehari-hari, misalnya untuk membayar gaji
dan upah; biya telpon, air, listrik; biaya kantor, dan lain-lain.
Perkembangan modal kerja
selanjutnya dapat dilihat pada gambar 13.2. Modal kerja dapat dikategorikan
menjadi modal kerja permanen dan modal kerja musiman, di mana modal kerja
musiman dibiayai oleh utang jangka pendek.
Gambar 13.2
Perkembangan Modal Kerja di Era Industri
3.
Pentingnya Modal Kerja
Modal kerja sangat penting
bagi perusahaan. Perusahaan yang tidak memiliki kecukupan modal kerja akan
sulit untuk menjalankan kegiatannya, atau akan macet operasinya. Tanpa modal
kerja yang cukup, suatu perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk
meningkatkan kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan. Jika hal itu
terjadi, ia akan ditinggalkan pelanggannya, dan menderita kerugian. Oleh sebab
itu, sebagian besar pekerjaan manajer keuangan dicurahkan pada kegiatan operasi
perusahaan sehari-hari. Besarnya modal kerja tergantung pada jenis bisnis,
tetapi pada umumnya nilai modal kerja suatu perusahaan kira-kira lebih dari 50%
dari jumlah harta, maka perlu pengelolaan yang serius.
Khususnya bagi perusahaan
kecil, manajemen modal kerja sangat penting karena mereka sulit memperoleh
sumber pembiayaan dari pasar modal dan pasar uang. Ia harus membiayai kegiatan
bisnis dari modal sendiri karena belum memperoleh kepercayaan dari pihak lain
atau sulitnya masuk ke pasar modal. Perusahaan kecil sulit akan lambat
berkembang karena ia hanya didukung oleh modal sendiri, khususnya dari laba
ditahan.
Perkembangan pertumbuhan
penjualan berkaitan erat dengan kebutuhan modal kerja. Perusahaan yang sedang
tumbuh ia banyak melakukan kegiatan terutama kegiatan produksi dan pemasaran.
Kedua jenis kegiatan ini memerlukan modal kerja yang cukup. Perusahaan yang
tumbuh berkembang tanpa didukung oleh modal kerja yang kuat, ia akan kembali
layu dan akhirnya mati. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa modal kerja
adalah “ruh” atau energi internal yang menggerakkan seluruh kegiatan
perusahaan. Hampir semua perusahaan dalam berbagai bidang kegiatan bisnis,
mengelola modal kerja meliputi tiga aspek yaitu:
1)
Kebijakan modal kerja
2)
Manajemen harta lancar
3)
Sumber pembiayaan jangka pendek
4.
Kebijakan Modal Kerja
Kebijakan modal kerja
dihubungkan dengan jangka waktu pinjaman dan tingkat bunga, makin panjang umur
pinjaman makin tinggi tingkat bunganya. Pinjaman jangka panjang untuk modal
kerja, pihak yang meminjam harus membayar bunga yang lebih besar daripada
pinjaman jangka pendek. Karena masa mendatang adalah penuh ketidakpastian
sehingga pihak yang memberi pinjaman memperhitungkan risiko ketidakpastian
tersebut. Modal kerja yang dipenuhi dengan pinjaman jangka panjang memiliki
tingkat likuiditas tinggi, risiko kegagalan memenuhi kewajiban-kewajiban yang
jatuh tempo kecil. Pada umumnya perusahaan menggunakan pinjaman jangka panjang
untuk memenuhi kebutuhan modal kerjanya, dan perusahaan yang demikian disebut
menganut kebijakan modal kerja yang konservatif.
BAB XIII
MANAJEMEN
HARTA KEUANGAN
Perusahaan besar pada umumnya memiliki
investasi di beberapa perusahaan yang berupa surat-surat berharga saham dan
obligasi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan deviden (saham) dan bunga
(obligasi). Investasi yang dimiliki itu bersifat permanent atau dalam jangka
panjang. Di samping untuk memperoleh dividen dan bunga, investasi juga
mengharapkan keuntungan biaya surat-surat berharga itu di jual, tetapi itu
bukan tujuan utama.
Bagi kaum kapitalis tingkat
global, investasi pada surat-surat berharga lebih disukai karena sifatnya yang
fleksibel. Jika terjadi krisi politik, investasi tersebutmudah dipindahkan,
karena surat-surat berharga tersebutmudah dipasarkan. Kapitalis global pada
umumnya menguasai surat-surat berharga pada perusahaan-perusahaan besar,
khususnya di bidang perminyakan, pertambangan, industri mobil, industri
pesawat,perbankan, pelayaran, penerbangan, dll.
1. Investasi Saham biasa
Saham biasa atau common stock ialah
surat berharga tanda kepemilkan atas suatu perusahaan. Penerbit saham biasa
disebut perusahaan yang menyatakan srbagai modal, dan pemegang saham biasa di
sebut investor yang mengharapkan hasil (return)
atas investasinya, atau disebut pemilik perusahaan yang bertanggumg jawab atas
kerugian perusahaan. Saham memiliki empat macam nilai, yaitu :
- Nilai nominal, yaitu nilai yang tertera dalam surat saham, misalnya Rp.1000 / Rp.500 per lembar per saham, lazim disebutv state value, face value, par value.
- Nilai buku (book value per share), yaitu jumlah nilai modal sendiri (ekuitas) dibagi jumlah saham yang beredar.
- Nilai pasar (market value per share), yaitu harga yang ditentukan oleh kekuatan permintaan dan permintaan di pasar bursa.
- Nilai fundenmental atau disebut intrinsic, yaitu nilai sekarng (present value) dari deviden dan keuntungan / kerguian modal (capital gain/loss).
2. Investasi Obligasi
Obligasi adalah surat utang dengan
bunga tetap. Bagi pemegang surat utang obligasi (bondholder) disebut
investor, ia akan mendapatkan pendapatan tetap yang berupa bunga obligasi. Oleh
sebab itu, pemegang obligasi disebut pemegang surat berharga berpenghasilan tetap
atau fixed income security. Obligasi memiliki nilai nominal atau par
value, stated value, face value, atau lazim disebut nilai pari,
misalnya per lembar Rp 1.000.
Jenis-jenis obligasi yang umum adalah
obligasi pemerintah (government bond) dan obligasi perusahaan swasta (corporate
bond). Di samping itu, ada jenis obligasi yang lainnya yaitu obligasi
perusahaan negara atau obligasi badan usaha milik negara atau disebut state
owned company bond. Obligasi pada umumnya surat utang tanpa jaminan. Jika
obligasi dengan jaminan harta tetap lazim disebut mortgage atau mortgage
bond, di mana pemegang obligasi dapat menjual harta tetap yang dijaminkan.
BAB XIV
PENGANGGARAN MODAL
DALAM KONDISI KEPASTIAN
Penganggaran modal atau capital
budgeting ialah rencana kerja keuangan jangka panjang pada suatu proyek
investasi. Misalnya penganggaran modal (investasi) pembelian kapal, mendirikan
pabrik baru, mendirikan perusahaan baru, dan lain-lain. Karena waktunya
panjang, maka risikonya tinggi. Oleh sebab itu, para perencana investasi jangka
panjang harus mampu memprediksi pendapatan dan biaya di masa depan.
Kerangka Berpikir Penganggaran Modal
Para perencana penganggaran modal harus
memprediksi lima aspek, yaitu :
1) Pangsa pasar
2) Nilai investasi dan sumber pembiayaan
3) Biaya modal rata-rata tertimbang
4) Arus kas masuk bersih (net cash inflow)
5) Kelayakan proyek investasi
Pangsa Pasar
Pangsa
pasar yang akan dikuasai, ini berkaitan dengan ramalan pendapatan di masa yang akan datang yang penuh
ketidakpastian. Artinya berisiko besar karena ketidakpastian tersebut. Para
perencana harus yakin bahwa di masa mendatang pendapatan dapat diperkirakan
mendekati kenyataan. Meramal kondisi pasar adalah sulit sekali, karena pasar
ditentukan oleh situasi bisnis, situasi ekonomi dan situasi politik.
Jika kondisi politik buruk,
berdampak kondisi ekonomi buruk, dan akibatnya kondisi bisnis buruk dan
sebaliknya. Bidang pasar ini harus dianalisis oleh beberapa ahli politik, ahli
ekonomi dan ahli bisnis. Di samping itu, kondisi pasar juga ditentukan oleh
kekuatan permintaan dan penawaran. Kondisi yang demikian itu di luar kontrol
manajemen perusahaan. Para ahli perencana investasi hanya bisa meramal berdasar
data internal dan eksternal yang tersedia.
Nilai Investasi dan Sumber Pembiayaan
Jika pangsa pasar yakin bisa diketahui
dan bisa dikuasai, maka selanjutnya merencanakan investasi jangka panjang dalam
bentuk unit bisnis atau penggantian peralatan, atau produk baru, yang
dinyatakan dalam bentuk satuan uang, misalnya Rupiah atau Dollar (Rp 1.000 atau
Rp 1.000 juga atau Rp 1.000 milyar). Setelah nilai investasi ditetapkan
kemudian disusun sumber pembiayaan, dari modal sendiri atau dari utang.
Menghitung Biaya Modal
Setiap modal menanggung biaya. Modal
sendiri biayanya adalah hasil yang diharapkan oleh pemilik, sedangkan modal
dari utang biayanya adalah bunga. Kedua biaya tersebut harus dihitung yang
lazim disebut biaya rata-rata tertimbang, yang akan menjadi tingkat diskon (discount
rate) terhadap arus kas masuk bersih investasi (net cash inflow).
Formula net cash inflow yaitu :
1) EBDIT (1 – T) + T. Dep
2) EBIT (1 – T) + Dep
3) EAT + Dep + Interest (1 – T)
BAB XV
REKTRUKTURISASI KEUANGAN
Perusahaan yang kondisi keuangannya kurang
baik pada umumnya diadakan reorganisasi atau restrukturisasi. Terdapat beberapa istilah restrukturisasi, antara lain adalah :
1. Restrukturisasi Yuridis : perubahan
bentuk badan usaha, yaitu dari perusahaan perseorangan menjadi perseeroan
terbatas; atau dari BUMN menjadi swasta.
2. Restrukturisasi Intern : perubahan
struktur organisasi, misalnya dari banyak divisi menjadi sedikit divisi,
tujuannya penghamatan biaya organisasi. Makin banyak divisi, makin tinggi biayanya.
3.
Restrukturisasi Keuangan : perubahan struktur odal dan struktur harta karena perusahaan dalam kondisi
senderung bangkrut atau cederung keuangannya tidak sehat.
A.
Kondisi Keuangan
Rektrukturisasi keuangan dilakukan oleh perusahaan
karena :
(1)
mengalami kesulitan liquiditas,
dan
(2)
menderita kerugian yang
membahayakan kelangsungan hidup perusahaan.
Kesulitan liquiditas disebabkan karena :
(2)
perusahaan mengalami kerugian
(3) manajer keuangan kurang tepat
mengalokasikan dana.
Kerugian disebabkan karena:
(1) kurang mengelola pasar sehingga kalah
dalam persaingan,
(2) manajemen kurang mampu mengelola biaya
sehingga biaya operasi tidak efisien
(3) manajer produksi kurang mampu mengelola
proses produksi sehingga kualitas produk rendah.
Pada umumnya perusahaan dalam
kondisi bahaya dan perlu direstrukturisasi jika besar kerugiannya kira” 50%
dari modal sendiri. Kegiatan itu harus diatasi dengan mengadakan penataan
kembali harta dan sumber pembiayaan. Untuk memudahkan pemahaman tentang
restrukturisasi keuangan dibawah ini disajikan ilustrasi kkondisi perusahaan
keuangan dibawah ini disajikan ilustrasi kondisi perusahaan yang dalam keadaan
bahaya.
B. Ilustrasi Restrukturisasi Keuangan PT ABD
Perusahaan mengalami akumulasi
kerugian sebesar 50% dari modal sendiri. Likuiditas perusahaan mulai terganggu,
buruh mulai terlambat menerima upah setiap akhir minggu dan karyawan terlambat
menerima gaji. Keadaan yang demikian mengakibatkan keresahan di dalam
perusahaan. Di luar perusahaan, pemasok mengeluh karena tagihannya sulit
dicairkan dan cicilan utang dan bunga bank terlambat dibayar. Keadaan yang
demikian pemilik dan manajemen puncak mengadakan restrukturisasi keuangan agar
perusahaan sehat kembali.
DAFTAR
PUSTAKA
Hamdi Sujarwo, S.E.,M.Si. 2005. Manajemen Keuangan Publik.
Bandung : Pustaka Prima
Tidak ada komentar:
Posting Komentar